Sabtu, 06 Agustus 2011

Akibat Suamiku Lemah Syahwat « Cerita Seru Beauty and the Beast

OptionsDisable Add these to your website
Awal
Sekilas tentang Kisahbb
Koleksi Shusaku
Proklamasi & Lagu Nasional RM
Cerita berantai (Anya)
Cerita Seru Beauty and the Beast
Kantor cerita resmi Republik MupengFeed on Tulisan Komentar Akibat Suamiku Lemah
Syahwat
Maret 19, 2008 oleh shusaku
Dia amat setia dan patuh pada keluargaku. Pengabdiannya pada keluargaku kalau
dihitung sudah memasuki tahun yang ke 30 tahun.Dulunya ia diasuh oleh kakekku
karena orangtuanya yang merupakan keturunan pendatang dari Pulau Nias.
Keluarganya tergolong miskin dan hanya mengerjakan sawah dan kebun kami di
kampung. Lalu setelah dewasa dan menikah dia diajak oleh ayahku yang telah
mempunyai beberapa usaha dagang dan kontraktor. Dan selama itu sampai ia
memiliki anak dan dewasa semua dia tetap kerja pada keluargaku.Sekarang usianya
sudah menginjak 59 tahun,lebih tua 4 tahun dari usia ayahku. Ia juga telah
memiliki tiga orang anak dan semuanya telah bekeluarga. Anaknya yang paling
kecil pun seusia denganku 28 tahun. Anaknya itu ikut suaminya yang bekerja
sebagai seorang guru di propinsi tetangga. Selama ia ikut dengan keluargaku,ia
telah dianggap sebagai saudara angkat oleh ayah ibuku,mereka menempati rumah
permanent yang berada di halaman belakang rumah kami.Dan disanalah mereka
membesarkan anak-anaknya hingga dewasa.Dulu selalu aku ingat jika kesekolah kami
selalu bersama sama diantar sopir,karena ayahku memasukkan kami pada sekolah
yang sama.Hingga sampai lanjutan atas.Dan karena kemampuan akademis dan juga
kesempatan yang aku peroleh,maka aku berhasil menempuh ke perguruan tinggi
idamanku sedangkan ,anaknya masuk akademi saja.
Aku dan kedua kakakku juga telah mengganggap mereka adalah orangtuaku juga.Jika
kedua orang tuaku keluar kota atau berkunjung ke daerah,maka yang menjaga kami
adalah mereka.Orang tuaku selalu menjaga perasaan mereka dan anak-anaknya. Semua
kebutuhan hidup dan sekolah anak-anaknya telah di tanggung orangtuaku,makanya
mereka amat suka bekerja dgn keluargaku.Begitu juga hingga dalam menikahkan anak
mereka. Semuanya telah di tanggung ayahku. Aku dan kedua saudaraku juga sudah
berumah tangga,kebetulan aku adalah anak paling bontot alias bungsu.Abangku yang
pertama sekarang bekerja di Jakarta dan telah dikaruniai dua orang anak yang
lucu-lucu. Sedangkan kakak keduaku yang kebetulan wanita juga telah menikah dan
menetap di pulau dewata ikut suaminya.Abangku tidak mau melanjutkan usaha ayahku
karena ia lebih suka menjadi tenaga medis yang memang banyak dibutuhkan tenaga
dan pikirannya.Jadi akulah yang di beri tanggung jawab oleh orang tuaku untuk
melanjutkan usaha yang sudah dirintis bertahun tahun oleh ayahku.Sayang sekali
jika usaha yang mereka bangun ini akan sia sia,itulah permintaan ayahku disaat
aku telah menamatkan S2ku dibidang management.
Namaku Rianti Savitri, biasa dipanggil Riri. Usiaku saat ini sudah menginjak 28
tahun.Aku baru saja menikah setahun yang lalu dengan seorang pria yang dengan
gigih menaklukan hatiku.Namanya Ardiansyah biasa dipanggil Ardi. Dia bekerja di
pemerintahan dan berstatus PNS.Jadi sebagai kepala keluarga ia amat bertanggung
jawab dan melindungi aku.Makanya tidak salah aku menerima cintanya karena
kegigihannya dan kedewasaan sikapnya.Lagi pula dari sekian banyak teman
laki-laki yang aku kenal dan berusaha dekat dengan aku hanya Bang Ardilah yang
sangat gigih dan dewasa,tidak seperti pemuda-pemuda lain yang amat memamerkan
kekayaan orangtua dan jual tampang .Padahal semua itu aku tidak peduli,sebab aku
tidak memandang harta mereka,lagi pula aku juga tidak kekurangan harta sebab aku
sudah terbiasa menjadi orang biasa saja karena didikan orangtuaku,meski mereka
amat berada. Lagipula bang Ardi juga tidak terlihat sikap sombong atau status
keluarganya.Dia orangnya biasa saja padahal ia adalah putra seorang mantan
pejabat yang amat disegani di daerahku.Namun semua itu tidak tercermin dalam
sikapnya.Ia amat sederhana dalam kesehariannya.
Dengan tidak terlalu bertele-tele seperti kebiasaan yang diatur adat kami dari
Minang ,maka kamipun menikah.Kedua keluarga kami amat bahagia,terlihat dari raut
wajah ayah dan ibu juga mertuaku.Dan selesai acara pernikahan itu,maka malamnya
pun kami tidak melewatkan saat saat yang biasa dilakukan pasangan lain yang
telah menikah.Padahal saat itu aku masih merasa capai karena melakukan prosesi
siang tadi,namun demi membahagiakan suami dan melaksanakan kewajiban sebagai
seorang istri maka akupun menurut saja. Dimalam pertama itu,pun untuk pertama
kalinya dalam hidupku aku sekamar dengan seorang laki-laki lain.Ia adalah
suamiku.Sebelumnya aku mandi air panas agar tubuhku segar dan untuk menghapus
segala make up juga pernak pernik yang menempel di sekujur tubuhku.Begitu juga
dengan suamiku ia mandi juga,setelah berpakaian tidur barulah kami beranjak ke
ranjang pengantin kami.Dengan hati yang berdebar debar aku menerima perlakuan
Bang Ardi padaku.Awalnya ia ciumi kening,lalu..kedua pipiku,lalu bibirku.Aku
menurut saja saat itu.Maklumlah aku sedang melaksanakan kewajibanku sebagai
istri.Kemudian jari-jariku ia ciumi,aku sempat menutupkan mata menunggu saat
saat yang amat mendebarkan ini.Tidak lama kemudian iapun mulai melepaskan baju
tidurku satu persatu hingga yang tersisa hanya bra dan celana dalamku
saja.Syukurlah malam itu lampu kamar itu telah di setel meredup.Jadi rasa grogi
dan takutku tidak terlalu terlihat bang Ardi.Bang Ardipun terus dengan
tindakannya karena memang itu adalah haknya pada tubuhku.Ia akan mengambil
haknya sebagai suamiku malam itu.Dengan nafas yang berdebar debar aku menunggu
apa yang akan ia perbuat padaku.
Ciuman dan rabaannya pada wilayah sensitif di tubuhku seakan menjadi cambuk
untuk terus menaikkan gairahku.Memang selama ini aku belum pernah merasakan yang
namanya telanjang atau raba rabaan dengan laki-laki lain. Selama pacaranpun aku
hanya pernah di cium pipi dan genggam tangan saja.Malam itu aku pasrah, aku
tidak kuasa untuk membalasnya,aku kuatir nanti di bilang agresif oleh
suamiku,padahal ini adalah malam pertama kami.Aku ingin meberikan hal yang
terbaik padanya. Selama ia meraba dan merangsangi aku,membuat tubuhku panas
dingin,bulu-bulu roma di tengkuk dan tanganku seakan berdiri semua, pori-poriku
merinding, perasaan malu,nikmat dan gairah datang silih berganti.Hingga akhirnya
bra dan celana dalamku lepas meninggalkan tubuhku dan terlempar ke lantai
kamarku.Keringat dingin mulai membasahi tubuhku dan tubuh bang Ardi.Yang
terdengar hanya lenguhan dan rintihan aku malam itu.Kain sprei sudah kusut
disana sini karena gerakan tubuh aku dan suamiku.Saat itu aku hanya sempat
meremas kain sprey saja juga terkadang rambut suamiku disaat ia menjilati
belahan payudaraku,juga memilinnya dengan mulutnya.Ia seakan sama persis seperti
bayi yang ingin menyusu pada ibunya.Namun aku sudah amat kewalahan.Sampai2 aku
merasakan ada rasa basah di celah kewanitaanku.Lalu Bang Ardi terus melakukannya
dengan intens menurun kearah perutku yang basah oleh keringat. Sedangkan kedua
tangannya tetap terus meremas kedua payudaraku.
Tanpa aku duga suamiku menuju kearah kewanitaanku dan dengan kedua tangannya ia
buka kedua pahaku.Aku menduga saat itu ia akan melakukan coitus .Namun aku salah
kira.Ia lalu menjilat liang kewanitaanku.Aku kaget dan merapatkan kembali
pahaku.Aku sempat melarangnya.Sebab bagiku itu amat menjijikan,Namun ia bilang
padaku bahwa itulah saat-saat seorang suami ingin membahagiakan istrinya
katanya..Aku tetap berusaha agar ia jgn sampai melakukan itu, sebab aku amat
menghormatinya sebagai suami,namun ia tetap tidak mau menuruti
kata-kataku.Akhirnya dengan persaan malu,takut dan aku tidak tahu mau bilang
apa,ia lalu menjilati liangku setelah sebelumnya ia telah membuka kedua pahaku
kembali.Beberapa saat ia memasukan lidahnya dan menghirup liang kewanitaanku.Aku
serasa terbang kelangit.Rasa geli,nikmat,dan rasa ada yang akan keluar membuatku
menghentak hentak dan merapatkan pahaku yang aku saat itu masih ada kepala
suamiku di sana.Dan tanpa bisa aku cegah lagi aku orgasme.Di celah kewanitaanku
mengalir air cintaku ,namun suamiku tidak berhenti ia tetap disana.Dan yang
membuat aku merasa amat salut dan takhluk padanya adalah ia menghirupnya dan
menelannya hingga tandas.Aku tidak kuasa melarangnya,sebab saat itu tubuhku
seakan lemas,dan tak ada bobot lagi untuk menggerakkan badanku.Dan itulah yang
pertama kali selama hidupku aku merasakan orgasme untuk yang pertama kalinya
oleh suamiku.Ada berjuta juta rasa yang keluar dari tubuhku saat itu, jika
mengingat orgasme yang aku alami ini.Pantas saja semua pasangan ingin selalu
melakukan hal ini jika bersama pasangannya.Dan alangkah indah rasanya.Saat itu
aku seakan terlambat,kenapa tidak dari dulu-dulu aku menikah, jika rasanya
seperti saat ini.Padahal saat itu suamiku belum melakukan coitus pada
kewanitaanku.Begitu saja sudah membuatku menggelepar gelepar apalagi jika coitus
telah terjadi.
Sensasi yang aku rasakan seolah membuatku kehausan,lalu aku minta izinnya untuk
beristirahat sebentar.Suamiku mengizinkan dan ia juga merasakan haus.Lalu ia
mengambil air minum yang tersedia di meja kecil dekat kaca riasku.Lalu ia bantu
aku meneguk air minum,air itu aku minum sampai tandas,hingga kemudian suamiku
menambah air lagi lalu meminumnya sendiri.Aku lihat didada masih banyak
keringat.Hingga akupun mengelapnya dengan handuk kecil yang tersedia didekat
pintu kamar mandi di kamar aku ini.Sedangkan saat itu aku masih bertelanjang
bulat dan hanya menutupi tubuh putih mulusku dengan kain selimut yang ada di
ranjangku.Padahal suamiku masih mengenakan celana dalam.Ia belum melepas celana
dalamnya.Masih sempat aku lihat kemaluannya yang belum bereaksi.Biasanya dari
buku yang aku baca selama ini,kalau laki-laki yang sedang atau akan melakukan
hub sex pasti kemaluannya akan tegang atau berdiri namun aku tidak melihat
kepunyaan bang Ardi seperti itu.
Aku lalu kembali ke ranjang dan menarik tangan suamiku untuk naik ke ranjang
kembali.Iapun menurut,lalu ia masuk kedalam selimut yang aku pakai menutupi
tubuh telanjangku.Dengan naluri kelelakiannya iapun meraba raba titik titik
sensitive di tubuhku.Aku saat itu,tahu akan keinginannya yaitu melakukan
coitus.Aku kembali bergairah.Ini terasa saat ada lelehan lendir di liang
kewanitaanku,juga payudaraku kembali mengeras oleh rabaan dan pilinan jari jari
suamiku.Aku kembali mendesis dan melenguh.Lalu ia buka kedua kakiku,saat itu aku
merasakan kemaluan suamiku mulai tegak karena gesekan dengan kulit pahaku.Akupun
menurut dengan isyaratnya yang membuka pahaku.Suamiku lalu memposisikan kedua
kakinya diantara pahaku yang terbuka.Ia lalu mengarahkan kemaluannya yang aku
rasa saat itu mulai mengeras,liang sanggamaku.Aku menurut dan hanya memicingkan
mataku.Mataku mulai berair,ada rasa sedih,juga rasa pengabdian pada suami yang
beberapa saat lagi akan merubah statusku yang perawan menjadi seorang istri yang
berbakti pada suami.Lelehan air mataku mulai membasahi pipiku dan bercampur
keringat karena gairah nafsu yang mulai datang.
Perlahan suamiku mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki diriku.Namun
beberapa kali gagal,namun ia terus saja berusaha membobol benteng
pertahananku.Namun disaat yang dia dan aku impikan itu,belum juga menampakkan
hasil.Suamiku sekuat tenaga berusaha masuk,akupun terus memberinya jalan agar
dengan mudah dimasukinya.Namun tanpa aku dan suamiku duga sebelumnya.Tiba tiba
saja disaat kepala kemaluannya baru menyentuh bibir liang kemaluanku terjadi
yang tidak kami inginkan.Aku sudah berusaha agar ia mendapatkan haknya saat itu.
Namun diluar semua itu,gagal…Kemaluannya begitu menyentuh bibir
kewanitaanku,tiba tiba saja,mengeluarkan sperma dan membasahi rambut-rambut
halus di sekitar bibir kemaluanku.Juga aku rasakan kemaluan suamiku tiba-tiba
mengecil dan melemah.Ia terlihat shock dan kecewa,aku juga merasakan hal yang
sama dengannya.Padahal malam itu kami ingin sekali mereguk sepuasnya malam
pengantin yang indah seperti yang dibilang oleh teman-temanku.Untuk menutupi
rasa kecewaku malam itu,aku bilang pada suamiku mungkin ia amat kecapaian karena
,siangnya telah melaksanakan acara yang cukup membuat tubuh capai.Hingga
staminanya terkuras dan membuatnya gagal pada malam pengantin kami.Suamikupun
berpikiran begitu,akupun menghiburnya agar besoknya kami berbulan madu ke tempat
rumah peninggalan kakekku di dekat Danau Maninjau yang terkenal dengan hawa dan
pemandangan yang indah itu.Suamiku menyetujuinya. Dan malam itupun kami lewati
dengan berbagai pertanyaan dalam benakku apa yang sesungguhnya
terjadi.Suamikupun tidur sambil memeluk tubuhku yang masih basah oleh keringat
kami berdua.
Besoknya kamipun berangkat ke rumah peninggalan kakekku di tepi danau maninjau yang indah itu.Jaraknya kira-kira 100km dari kota Padang dan hanya menempuh 2
sampai 3 jam perjalanan jika tidak macet atau longsor.Keluargaku memiliki rumah
disana,namun jarang ditempati karena sekarang yang tinggal hanyalah ayahku yang
masih hidup.Rumah itu terbuat dari kayu yang cukup kuat menampung 5 keluarga
didalamnya. Masih banyak kamar kamar,juga halaman yang luas dan dipenuhi
pohon-pohon dan sawah yang cukup luas.Namun rumah ini tidak ada yang
merawatnya,yang membersihkannya paling sebulan sekali itupun dengan mengutus pak
Ali,yang sekarang masih tinggal bersama orangtuaku.Dialah yang selalu merawat
dan membersihkan rumah peninggalan ini setiap bulan.Ia memang ditugaskan ayahku
ke kampung untuk merawatnya.Jadi pohon-pohon dan halamannya masih terlihat indah
meskipun disana sini masih ada dedaunan yang berserakan.Rumah ini baru saja
dibersihkan pak Ali minggu yang lalu karena aku bilang akan kesini setelah
menikah. Disekitar rumah itu terlihat sepi. Tetangga-tetangga kami sudah tidak
sebanyak dulu lagi. Sebab mungkin karena penghidupan yang mulai sulit di kampung
maka mereka memilih merantau kebeberapa kota.Hingga kampung ini sangat sepi.Kaum
mudanya banyak yang merantau,yang tinggal hanya orang orang yang berusia lanjut
untuk menunggui rumah dan sawah juga ladang mereka.Tidak heran jika malam
menjelang sangat sunyi dan yang terdengar hanya suara jangkrik dan kodok yang
bersahut sahutan.
Memasuki rumah itu aku amat takjub karena amat bersih dan kamar-kamarnya juga
bersih dan rapi. Hingga aku berencana suatu saat akan mengajak teman-teman atau
keluarga berlibur ke kampung saja.Selain udaranya masih bersih,juga alamnya
masih asli juga hamparan sawah dan pemandangan danau yang amat indahnya. Setelah
menurunkan perbekalan yang aku bawa dari mobil untuk beberapa hari disini.Akupun
mulai memasak makanan yang akan kami makan maklum perutku mulai kerocongan juga
suamiku.Tidak lama kemudian kamipun makan berdua.Sehabis makan itu lalu kamipun
berjalan jalan keliling rumah .Suamiku amat kagum atas keindahan dan suasana
rumah itu.Setelah senja menjelang rasa capai karena berkeliling kampung dan
bersilaturrahmi dengan tetangga yang kebanyakan lansia dan anak-anak kecil.
Kamipun pulang kerumah. Sampai dirumah kamipun lansung mandi.Suamiku sempat
menganjurkan agar mandi berdua saja.Namun aku bilang jangan jangan dulu.Selain
aku masih malu juga tidak enak hati jika tubuhku di sentuh suamiku.Lagian ini di
kampung apa kata orang jika ada yang tahu,itu alasanku.
Suamiku maklum dan aku bilang jika di Padang tidaklah masalah kataku
menerangkan.Selesai mandi,kami lalu makan lagi.Perut seolah lapar lagi sebab di
daerah yang udaranya dingin ini,perut seringkali mudah lapar.Setelah perut
terisi kamipun duduk-duduk berdua di ruang tengah sambil menonton televisi.Namun
niat menonton itu seolah sarana saling mencumbu malam itu.Seakan tidak ada acara
yang pantas ditonton selain berduaan dan bermesraan dengan suamiku.Maklum
pengantin baru.Setelah mematikan tv dan memastikan pintu dan jendela
terkunci,kamipun beranjak ke kamar.Di dalam kamar,kami saling melumat dan aku
sudah berani membalas perlakuan dan rabaan suamiku.Kami lalu mulai naik keatas
ranjang yang di tutupi oleh kelambu dan didalam kelambu diatas ranjang itulah
akhirnya kami melanjutkan yang tertunda.Mungkin karena aku sudah tidak merasa
canggung lagi,sebab dialah yang akan membimbing hidupku nantinya.Setiap cumbuan
suamiku aku balas,ya meskipun masihagak pasif.Perlahan tapi pasti akhirya
pakaian yang melekat di tubuh kami terlepas dari tubuh kami.Kamitidak lagi
merasakan hawa dingin sebab,cumbuan dan rabaan jari tangan suamiku mampu membuat
hangat tubuhku.
Kembali aku merasakan siap untuk menerima perlakuan dari suamiku.Ia kembali
mengulang kejadian malam kemarin dengan mengeksportir wilayah kemaluanku,hingga
aku orgasme.Tanpa merasa jijik sedikitpun ia hirup sampai tandas air
cintaku.Lalu aku merasa lemah dan tak bertenaga.Suamikupun lalu kembali berusaha
mencumbui aku,dengan harapan aku kembali bangun nafsuku.Aku juga merasakan alat
kelaminnya mulai mengeras dan tegak.Alat itu seperti tonggak yang siap untuk
menerobos segala penghalang,amat perkasa.Lalu ia buka kedua pahaku.Iapun
meletakan sebuah bantal di pinggangku dengan harapan dapan menembus
keperawananku yang gagal ia tembus malam kemaren.Bertahap ia berusaha menjejakan
kepala kemaluannya pada belahan liang kemaluanku yang kembali basah,Aku
merasakan kecemasan akan rasa sakit yang akan terasa jika benda milik suamiku
itu masuk.Aku tahu rasa itu dari pengalaman teman2 wanitaku yang telah
menikah.Kepala kemaluan suamiku lalu mulai merangsek masuk ke bibir
kewanitaanku.Dadaku kembali berdebar debar,ttg yang akan terjadi saat itu..Baru
saja,kepalanya yang menyentuh belahan kewanitaanku,tiba2 kejadian malam kemaren
terulang.Kemaluan suamiku tiba2 memuncratkan air maninya di sana,Hingga pintu
kewanitaanku basah oleh spermanya yang kental.Aku belum merasakan apa apa,namun
aku tidak lagi adanya benda keras yang tadi mulai menerobos liang
kewanitaanku.Aku agak kecewa,namun tidak aku perlihatkan pada suamiku.Aku hanya
bilang mungkin bang Ardi hanya tergesa-gesa,biasa kita sama-sama belum
berpengalaman bang…,kataku.Ia terlihat kecewa juga,namun ia sudah merebahkan
tubuhnya di samping tubuhku yang telanjang.
Sebagai istri aku hanya diam dan berusaha membantunya,mungkin karena rasa takut
akan menyinggung perasaannya makanya aku berusaha sendiri.Dengan menghilangkan
rasa malu dan norma norma sebagai wanita minang,aku tutupi semua rasa itu,aku
berusaha membantunya dengan memegang kemaluannya dan menciumi bibir juga putting
susunya.Tampaknya suamiku mulai bergairah.Ia aku lihat kembali bersemangat,dan
kemaluannya kembali bereaksi.Kemudian aku rebah telentang sambil membuka kedua
pahaku agar bisa dimasukinya dengan gampang.Ia berusaha kembali lalu dengan
meretas jalan buat kemaluannya,namun alangkah kecewanya aku malam itu,dalam hati
aku merasa tidak berarti.Suami yang aku cintai kembali tidak mampu melaksanakan
kewajibannya sebagai seorang laki-laki sejati.Alangkah malangnya nasibku saat
itu.Namun rasa kemanusiaanku kembali terusik,sungguh piciknya aku yang amat
mencintai suamiku .Aku juga merasakan beban psikologis suamiku saat itu.Ia amat
terpukul karena ketidak mampuannya malam itu,melaksanakan kewajiban sebagai
suami yang baik.Dengan terbata bata suamiku meminta maaf padaku.Ia amat menyesal
katanya.Lalu sebagai seorang istri aku amat memberinya support agar jangan
berhenti mencoba atau kalau bisa diobati.Apalagi zaman sekarang sudah banyak
obat atau klinik pengobatan yang melakukan penyembuhan kelainan sexual ini.Iapun
mohon padaku agar jangan meninggalkannya karena masalah itu.Aku pun memberinya
rasa percaya diri.Bisa saja kita coba cara lain agar bisa menyembuhkan gangguan
fungsi kelelakiannya itu,Aku memberinya jaminan bahwa aku tidak akan
meninggalkannya. Bagiku jika saja aku meninggalkannya berarti aku telah gagal
menjadi seorang istri dan amat mencoreng muka keluarga didepan orang
banyak.Apalagi bagi suamiku,ia akan malu,keluarga besarnya akan merasa
dilecehkan.Dan demi menjaga perasaan suamiku,maka akupun tetap melaksanakan
kewajibanku pada malam malam tertentu dengan suamiku.Aku selalu dibantunya untuk
orgasme. Namun setiap kali ia mencoba untuk melakukan coitus ,ia selalu
gagal.Hingga ini berlangsung beberapa bulan dan berbagai cara pengobatan baik
yang medis dan alternative telah dilakukan namun hasilnya tetap nihil.Sampai
saat itu aku masih perawan,meski aku telah mencoba memasukan kemaluan suamiku ke
kemaluanku di saat bendanya itu tegak menantang.Saat itu memang masuk kepalanya
saja,dan memuncratkan sperma,namun tetap saja tidak mampu merobek keperawanku.
Kehidupan rumahtangga kamipun tetap berlangsung seperti rumahtangga orang lain.
Namun jauh dilubuk hatiku, juga suamiku, aku rasa hambar. Ia sering kali aku
lihat termenung dan menyendiri. Dan sebagai istri yang baik aku terus menutupi
kekurangannya itu,namun sampai kapan? Aku tudak mengetahuinya.Aku menutup rapat
rahasia ini,agar jangan ada pihak yang tersakiti .Diluaran aku kami terlihat
keluarga yang cukup bahagia dan sempurna,namun orang semua tidak punya hak untuk
mengetahui apa yang ada dalam hati kami berdua.Selain itu aku akui,meski di
dalam rumahtangga kami punya problem,namun di luaran,karier suamiku semakin
menanjak.Dia di tunjuk sebagai pimpinan sebuah bidang di kantornya.Akupun
merasakan hal yang sama. Usahaku semakin maju. Permintaan akan hasil perkebunan
dan perdagangan yang aku pimpin semakin banyak.Hingga aku harus menambah
beberapa orang karyawan dan membuka cabang didaerah. Akupun berusaha
menjalankannya dengan baik. Nasehat orang tuaku agar mempekerjakan anak-anak
muda yang punya potensi aku jalankan.Meski terkesan nepotisme,aku merekrut
lulusan perguruan tinggi yang berasal dari daerah asal orang tuaku.Selain merasa
iba jika mereka lulus namun tidak mendapat pekerjaan ,lagi pula itu adalah pesan
ayahku yang aku turuti. Lagi pula tindakan ini akan berdampak pada pendapatan
mereka hingga mampu mereka membantu ekonomi keluarganya di kampung yang aku
lihat amat kesulitan terhimpit masalah ekonomi.
Meski usahaku maju dan berkembang demikian pesat,aku tidaklah melupakan
kewajibanku sebagai istri.Begitu juga dengan bang Ardi.Ia amat memperhatikanku
dengan amat mesra.Ia berharap agar dengan perkembangan usahaku itu dapat
menghilangkan kegundahanku selama ini. Iapun cukup bijaksana memberiku beberapa
kesempatan untuk berkembang. Terkadang aku merasa sedih jika aku pulang malam
setelah meninjau cabang di daerah.Aku menemui suamiku telah tertidur dengan
nyenyaknya,aku tidak mau membangunkannya.Mungkin saja dia terlalu capai dengan
pekerjaannya seharian,yang terkadang meninjau proyek proyek yang harus segera di
selesaikan.Aku menekan saja hasrat yang datang disaat tertentu. Pernah aku
merasa terkejut dan sedih,saat ibuku menanyakan padaku apa aku sudah isi apa
belum.Dengan cara bercanda aku jawab dengan seadanya sambil berlalu.Aku tidak
ingin mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didalam kamar dan ranjang
kami.Aku juga tidak menampik jika akhir-akhir ini ada salah seorang kolegaku
yang berusaha mendekati aku padahal ia tahu aku telah menikah, namun ia
tampaknya tidak peduli.Akhirnya aku memutuskan hubungan bisnis dengannya sebab
aku tahu,ia akan mempergunakan cara cara kotor dalam bisnis sambil merayu aku
untuk mau menuruti kemauannya.Aku tidak peduli,apakah ia akan memberikan
perusahaanku fasilitas atau bukan,bagiku semuanya bulshit. Dia mengira aku
gampang di pengaruhinya dengan iming-iming fasilitas.Akhirnya aku terbebas dari
cara cara kotor bisnis itu.Akupun tetap melanjutkan hidupku.
Tidak lama setelah menikah dan tinggal di rumah orangtuaku. Suatu hari bang Ardi
bilang padaku untuk pindah dari rumah orangtuaku ini. Sebab ia merasa tidak enak
hati jika selalu tinggal bersama mertua katanya.Apalagi ia sudah menyiapkan
sebuah rumah mungil dan terletak di pinggiran kota yang masih sejuk udaranya.
Rumah itu baru saja ia beli dan aku nilai harganya cukup lumayan dan amat bagus
bagi keluarga muda seperti aku.Aku amat bahagia mendengar kabar dari bang
Ardi,sebab ia telah memikirkan masa depan keluarga yang kami bentuk ini.Meskipun
awalnya kedua orangtuaku keberatan atas permintaan menantunya itu,akhirnya
mereka memehaminya juga. Maka aku pun mulai tinggal di rumah baru kami.Sebagai
nyonya muda,aku tentunya ikut mengatur dan mengisi segala perabotan di rumah
baru kami itu dengan hasil jerih payah kami berdua.Aku sering kerumah orangtuaku
jika di kantor tidak terlalu sibuk.Terkadang aku tidur di sana agar mereka tidak
merasa kehilangan.Terkadang di saat suamiku mendapat tugas ke luar daerah
meninjau proyek untuk beberapa hari,aku selalu tidur di rumah
orangtuaku.Syukurlah belakangan ini,cucu pakAli sering datang dan menginap di
rumah orangtuaku. Mereka amat terhibur dengan kehadiran anak itu. Ada semburat
kesedihan pada orangtuaku karena aku belum mampu memberinya cucu yang amat
mereka harapkan.Sering mereka berdua ke tempat kakakku di propinsi tetangga
untuk mengobati kerinduan mereka pada cucunya.Akupun terkadang menyempatkan diri
juga ikut orangtuaku ke sana untuk melihat kelucuan keponakanku.Dihari tuannya
orangtuaku amat menikmati hari tuanya dengan mengunjungi anak-anaknya yang telah
memberinya beberapa orang cucu yang manis manis dan gagah gagah
Hingga terjadilah peristiwa yang merubah hidupku. Ketika itu,kedua orangtuaku
berkunjung ke Jakarta,untuk mengunjungi anak dan cucunya selama sebulan.Aku yang
tinggal di Padang tentunya harus sering melihat lihat rumah orangtuaku meski ada
yang menunggui yaitu pak Ali dan istrinya.Aku hanya berkunjung untuk beberapa
saat.Saat itu kebetulan pekerjaan di kantor agak longgar dan mmg saat itu amat
santai.Rupanya pak Ali akan ke Maninjau untuk melihat rumah orangtuaku
disana.Pak Ali amat tahu akan kewajibannya.Ia tidak pernah melupakannya meski
kadang tidak disuruh.Mungkin itu adalah rasa pengabdiannya kepada mendiang
kakekku yang telah membesarkannya.Jadi ia amat di percaya bisa memelihara rumah
yang di kampung itu.Siang itu ia hendak berangkat dan bertemu denganku.Aku yang
sudah beberapa bulan tidak lagi pernah kesana ,terakhir saat aku berbulan madu
beberapa bulan yang lalu.Ingin juga kesana.Aku rindu suasananya yang alami dan
sejuk.Kebetulan suamiku lagi mendapat pelatihan ke Surabaya dari instansinya
selama 1 bulan.Aku berpikir alangkah nyamannya jika bisa ke Maninjau saat
itu.Namun aku harus izin dulu pada suamiku.Aku tdk ingin berangkat tanpa izin
dari suamiku.Akupun bilang bahwa aku berangkat dengan pak Ali orang yang amat di
kenal suamiku.Jadi selama aku ke Maninjau suamiku tidak akan kuatir terhadapku
sebab aku berangkat dengan orang kepercayaan keluarga kami.Melalui telpon aku
minta izin.Iapun memberiku izin dan berpesan agar berhati hati di jalan jika aku
sedang menyopiri mobil.Dengan berterima kasih pada suamiku yang memberi izin aku
berangkat ke Maninjau bersama pak Ali.Mobil aku yang nyetir,sebab pak Ali tidak
bisa menyetir mobil.Padahal dari dulu ayahku menyuruhnya belajar stir,namun ia
tetap tdk mau,ia lebih suka menjadi pembantu dan juga menjaga rumah saja
katanya.Siang itu aku berangkat yang sebelumnya aku makan dulu karena di suruh
istri Pak Ali.Istri pak Ali berpesan padaku untuk jangan ngebut dalam menyetir
mobil.Nasehat ibu yang sudah aku anggap orangtuaku itu aku turuti.Akupun
berpesan padanya agar hati-hati di rumah sebelum aku berangkat.Pak Ali duduk di
depan di samping aku.Selama perjalanan ia beberapa kali mengingtkan aku untuk
berhati hati karena hujan dan banyaknya kendaraan yang bersiliweran.Karena sudah
menganggap dia orangtuaku makanya aku menurut saja,hingga menempuh jalan yang
berbelok belok .Beberapa jam kemudian kami sampailah di rumah.
Kemudian mobil aku masukan ke garasi di rumah itu karena pagar telah dibuka Pak
Ali. Mobil aku parkir didalam.Lalu aku berlalu dan berjalan ke halaman luar
untuk menghirup udara segar sore itu.Sedangkan Pak Ali sibuk menurunkan
barang-barang bawaan yang akan ia letakkan di rumah itu. Juga tidak ketinggalan
makanan yang ia bawa dari Padang untuk kami berdua.Setelah berkeliling rumah dan
merasa capai, akupun masuk kedalam. Lalu aku mengambil kunci dan memasukan tas
bawaanku dan menaruhnya dikamarku.Setelah itu aku bergegas mandi.Sebab senja
sudah menjelang.Di daerah Maninjau itu jika senja kita mandi maka hawa nya
sangat dingin.Aku lalu masuk kedalam kamar mandi.Sedangkan Pak Ali masih sibuk
membersihkan ruang demi ruang dengan menyapu. Lalu iapun memasak untuk makan
malam nantinya.Tidak berapa lama kemudian aku selesai mandi dan bersalin
pakaian.Senja itu aku hanya mengenakan baju piyama sebab aku ingin tubuhku
rilex.Aku juga tidak lupa menyemprotkan parfum kesukaaanku yaitu issey
miyake.Aku terbiasa memakainya meski di rumah saja.Lalu aku rebahkan tubuhku di
ranjang.Rasa capaiku seakan hilang karena mandi dengan air segar dari pegunungan
itu.Kepenatan di tubuhku seakan sirna seketika. Beberapa saat aku tertidur.Aku
terbangun karena ada yang mengetuk ngetuk pintu kamar.Aku pun menyahut dari
dalam.Rupanya pak Ali yang mengetuk pintu,ia berkata bahwa,makanan telah
terhidang dan aku disuruh makan.Dengan sedikit bermalas-malasan aku buka pintu
kamar dan berjalan menuju meja makan di ruang belakang.Aku duduk,baru aku sadar
bahwa saat itu telah mencapai jam 9 malam.Berarti aku sudah tertidur selama 2
jam.Pantas saja tubuhku serasa segar dan lapar.Lalu aku mulai menyendok nasi ke
piringku.Aku pun memanggil Pak Ali untuk makan bersamaku.Namun ia bilang ia
sudah makan dari tadi.Iapun bilang biar aku saja yang makan.Iapun berlalu sambil
bilang akan mengecek pintu dan jendela dan memastikan bahwa telah terkunci apa
belum.Selama aku menikmati makanan yang aku makan itupun baru aku sadar,bahwa
malam itu hujan dengan derasnya.Aku pun berpikir pantas saja pak Ali tidak
begitu terdengar teriakannya membangunkan aku tadi.Dan syukurlah mobil telah aku
masukkan ke garasi jadi aku tidak perlu repot lagi memindahkannya.
Merasa perutku sudah kenyang dgn makanan yang enak, akupun membereskan meja
makan. Piringnya aku letakkan di tempat pencucian dan meja makan aku tutup
dengan tudung saji.Lalu aku beranjak ke ruang tengah.Aku menyalakan
televisi,namun yang muncul hanya siaran TVRI dan SCTV saja itupun gambarnya
kurang bersih.Tv aku matikan.Aku kekamar dan mengambil HP.Kutelepon suamiku dan
bilang aku sudah sampai di rumah dan habis makan. Iapun bilang agar aku jangan
terlalu lama di Maninjau apalagi ada pekerjaanku di Padang. Akupun bilang aku
paling lama 3 hari dan kerjaan sudah ada yang mengerjakan.Suamiku pun berpesan
agar aku jangan membiarkan pak Ali sendirian membereskan rumah yang begitu
besar.Kasihan katanya pak Ali sudah tua nanti ia bisa sakit pesan suamiku.Akupun
menyetujuinya dan memag aku akan bantu kataku.Lalu telpon aku tutup sambil
mengucapkan salam padanya. Aku tidak menemukan Pak Ali di ruangan itu.Aku
cari-cari dan rupanya ia berada di dapur sedang membetulkan letak meja meja.Aku
bilang padanya tentang pesan suamiku tadi dan salam dari suamiku.Pak Ali pun
berterima kasih.Lalu aku beranjak keruang tengah.Aku bilang pada Pak Ali agar
besok saja melanjutkan pekerjaan itu.Ia pun setuju dan mengikuti ajakanku untuk
keruang tengah saja.Mending ngobrol-ngobrol kataku.Ia pun mau duduk di
hadapanku. Kemudian iapun bercerita tentang masa lalu kakek dan nenekku.Ia
bilang kakek orangnya amat baik dan perhatian pada orang lain sama seperti
ayahku. Pak Ali juga bilang aku lebih mirip sifat-sifat nenekku dan wajahku
lebih mirip ke nenekku katanya.Memang aku tidak sempat melihat dan bertemu
nenekku karena disaat aku lahir nenekku telah tiada.
Pak Ali pun bercerita tenantg sejarah keluarganya yang miskin dan diselamatkan
oleh kakekku, juga ayahku telah menganggap dia adalah saudaranya.Makanya di saat
ini Pak Ali tidak mau rumah peninggalan kakekku ini terlantar seperti banyak
rumah-rumah yang di tinggal pemiliknya merantau.Sedangkan saat ini kata pak Ali
hanya tinggal rumah keluargaku ini yang masih terawat sedangkan yang lain telah
hancur dimakan usia,juga penduduknya tidak berapa banyak lagi,paling 500meter
dari rumahku baru ada rumah yang berpenghuni,itupun hanya beberapa orang saja.
Aku memang merasakannya bahwa penduduk daerah ini semakin berkurang.Biasanya
beberapa bulan lalu saat berbulan madu bersama suamiku, saat kami memasuki
kawasan ini,banyak kelihatan ibu-ibu dan anak-anak namun saat tadi sore sepi
saja.Aku mengangguk dan paham atas keterangan pak Ali. Semenjak menikah apalagi
telah pindah rumah,aku jadi jarang ngobrol dengan Pak Ali.Kalau dulu aku sering
ngobrol dengannya,juga bersama anaknya yang seusia denganku.
Akupun bertanya kabar tentang anaknya Yuli yang seusia denganku.Pak Ali bilang
bahwa Yuli telah memiliki anak yang baru berusia 1 tahun,memang dia duluan
menikah dari aku.Akupun bilang,alangkah bahagianya ia punya beberapa cucu.Dengan
wajah cerah iapun tersenyum.Lalu ia balik bertanya padaku.Kenapa aku belum juga
bisa memberi cucu apa ayahku.Padahal ia tahu aku menikah sudah hampir satu
tahun.Saat itu mukaku bersemu merah.Aku tidak mungkin menceritakannya,apalagi
kepada pak Ali.Ini adalah rahasia aku dan bang Ardi.Padahal jika pak Ali tahu
jika hingga sampai saat itu aku masih perawan.Makanya aku diam saja saat ia
bertanya padaku.Aku hanya senyum sedikit takut keceplosan omongan.Pak Ali pun
bertanya apa aku memakai program kb.Akupun bilang tidak,malah aku jawab mungkin
belum diberi yang diatas jawabku.Lalu ia pun tanya apakah aku dan suami sudah
periksa ke dokter.Aku jawab sudah dan baik baik saja.Lalu dia bilang jika belum
juga,aku disarankan untuk pakai obat alternatif atau ke dukun
kampung,terangnya.Aku diam saja,dalam hati aku berkata,biar kemanapun berobat
jika suamiku tetap seperti itu ya mana bisa hamil bisik hatiku.
Pak Ali terus memandangi aku, lalu ia bilang agar aku terus berusaha agar cepat
mendapatkan keturunan.Aku diam saja dan bilang malas pak, jangan ngobrol itu
lagi kataku mengalihkan topik.Ia terus mendesakku,ia bilang aku bukanlah orang
lain lagi baginya.Ia bilang,ia telah menganggap aku anaknya.Jadi aku dimintanya
agar bicara terus terang,dan ia pun berjanji akan tutup mulut dari ayahku.Sebab
selama ini ia mendapatkan gambaran dan melihat ada yang ganjil dari rumah
tanggaku,tidak seperti rumah tangga kakak-kakakku dan anak-anaknya. Ia yakin aku
menyembunyikan sesuatu.Pak Ali bilang ia tahu aku berbohong pada kedua
orangtuaku selama ini.Dan dari pancaran mataku ia yakin aku menyembunyikan
masalah.Pak Ali juga bilang,meski ia bukanlah orang yang berpendidikan dan luas
pergaulannya,namun ia mengerti tentang kehidupan ini.Aku bilang janganlah
terlalu dipikirkan ,nantinya juga selesai sendiri kataku.Lalu dijawab selesai
gimana,lha masalahnya saja belum di carikan jalan keluar katanya.Lalu aku pun di
suruh memandang matanya.Aku yang saat itu memandang remeh padanya lalu memandang
bola matanya.Seakan aku telah jujur.Namun Pak Ali bisa menebak kebohongannku
saat ini.Iapun bilang saat itu aku menganggap remeh nasihatnya.Aku akhirnya
merasa bersalah dan memang meremehkan nasehatnya saat itu.Lalu ia pun minta aku
berkata jujur padanya,dan ia berjanji akan merahasiakan pada siapapun meski
kepada orangtuaku.
Akhirnya karena didesak,akupun akhirnya menceritakan ttg keadaan sesungguhnya di
rumah tanggaku ini.Inilah pertama kali aku berucap pada org lain tentang rahasia
isi kamarku selama ini.Aku ceritakan mulai dari saat malam pertama hingga saat
itu.Mata Pak Ali terbelalak mendengar penuturanku.Ia tidak menduga kejadian yang
aku alami ini.Dan iapun lalu bertanya padaku,berarti sampai saat ini aku masih
perawan.Aku mengangguk dan menitikkan air mata.Ia menghela nafas dengan
berat.Sambil geleng-geleng kepala ia ,berkata kenapa tidak bilang dari dulu biar
dicarikan cara pengobatan suamiku katanya.Aku pun menerangkan pada Pak Ali bahwa
segala cara sudah di coba termasuk berobat alternatif. Lalu dia diam dan
memandang aku yang masih menangis tersedu sedu. Dia bertanya apa aku akan minta
cerai dari suamiku,aku menjawab belum terpikir pak, jawabku.Aku semakin sedih
mengingat keadaan suamiku,hingga akupun terus menangis.Pak Ali berusaha membujuk
aku agar jangan terlalu sedih,dan dia minta aku jangan menangis lagi.Aku tidak
sanggup untuk berhenti menangis.Meski saat itu beban perasaanku sudah aku
keluarkan.Namun mengingat kejadian bersama suamiku aku menjadi amat sedih. Pak
Ali lalu berdiri dan pindah duduk di sampingku.Ia lalu memegang kepalaku seperti
seorang ayah pada anaknya. “Sungguh sedih keadaan kamu nak”, katanya.Aku lalu
menjatuhkan kepalaku pada dadanya,sambil terisak.Ia lalu membelai belai
rambutku.Saat itu aku merasakan pelukan seorang ayah dengan penuh kasih
sayang.Aku terus menangis dan menumpahkan penderitaanku.Lalu pak Ali mengangkat
wajahku yang basah karena air mata.Iapun menghapusnya dengan telapak
tangannya.Minta agar aku jgn menangis lagi.Seakan mendapatkan tempat menumpahkan
keluh kesah akupun memeluknya dengan erat.Padahal saat itu kondisiku amat labil
dan rapuh karena keadaan rumah tangga yang masih bermasalah.Akupun tidak malu
lagi bersandar didadanya.Ia lalu menciumi rambutku.Dan mengusap-usap
tengkukku.Aku merasa damai saat itu.Aku tidak peduli lagi dengan siapa aku
berpelukan di dalam rumah besar ini.
Beberapa lama kemudian aku di rebahkan dibahunya.Dia diam saja,pandangannya jauh
seakan sedang memikirkan sesuatu.Aku tetap saja rebah dibahu pak Ali.Lalu ia
mengusap usap pipiku lagi hingga di belakang telingaku.
“Ri” katanya padaku, “kamu jgn terlalu sedih ya,kamu sabar saja.”
Aku mengangguk dan kembali memeluknya seolah dia jangan pergi saat itu.Aku
seakan mendapatkan tempat mencurahkan kesedihan.Ia lalu berdiri seakan mau
meninggalkan aku. Ia lalu melepaskan aku.
“Sudah malam Ri” katanya “baiknya kamu tidur…bapak juga sudah ngantuk”
Aku tidak membiarkannya pergi.Pak temani Riri dulu disini kan jam masih setengah
sebelas kataku.Iapun lalu mengurungkan niat meninggalkan aku.Dengan memegang
jari tuanya aku membawa tangannya ke pipiku. Ada hawa hangat yang aku rasakan
saat itu.Meski cuaca masih di guyur hujan,namun hawa hangat itu aku rasakan amat
membuatku tentram.Ia berusaha menarik tangannya dari pipiku.Namun karena eratnya
aku memegangnya iapun menurut,dan tidak lagi berusaha menariknya.Malah jarinya
mengusap usap balik telingaku kembali.Aku merasakan kegelian di titik sensitifku
itu.Lalu ia terus merangkulku seolah kami adalah pasangan kekasih.Tangan pak Ali
terus saja membelai belai balik telingaku.Ia pun bilang ia merasa
kedinginan,lalu ia pun minta padaku untuk mengizinkannya memegang bahuku dengan
harapan sama sama hangat.Aku diam saja,malah aku seolah tertidur di
pelukannya.Pak Ali lalu dengan tanpa sepengetahuan aku,langsung menciumi balik
telingaku,setelah sebelumnya ia sibakkan anak anak rambutku.Aku merasakan
sensasi yang mulai menggelitik birahiku.Namun aku tidak menolaknya.Aku malah
membiarkannya saja,semua itu aku anggap sebagai perlakuan rasa sayang seorang
ayah pada putrinya,padahal ayahku saja tidak pernah memperlakukan aku sedemikian
rupa.Aku malah mendesah dan mengikuti semua tindakannya saat itu.Tidak ada sama
sekali keinginan penolakan dari diriku saat itu.
Setiap gerakan jari tangan pak Ali seperti mampu membuatku tentram saat itu.
Malah aku semakin merebahkan tubuh di pelukannya.Lalu ia pun menciumi pipiku.Ada
rasa geli yang aku rasakan.Namun malah semakin memicu birahiku.Aku semakin labil
dan rapuh.Aku tidak sadar,bagaimanapun ia adalah seorang laki-laki,yang meskipun
sudah dikenal dekat oleh keluargaku.Ia tetap orang lain dalam kehidupanku.Ia
tidak memiliki pertalian darah sedikitpun dengan aku.Dan segala kemungkinan bisa
saja terjadi saat itu dimana seorang laki laki yang meski berbeda usia jauh
dariku,juga masih memiliki nafsu yang sewaktu waktu bisa merusak aku.Memang
benar,jika berduaan dengan orang yang berlainan jenis ,maka pihak ketiga adalah
syetan.Apalagi suasana dingin malam dan kesunyiannya amat mendukung segala
tingkah laku kami. Merasa aku sudah tidak lagi menolak atau menahan gerakan
tangannya,Pak Ali semakin meningkatkan aktifitasnya.Ia tidak lagi mengusap usap
balik telingaku,kini malah ia sudah berani menciumi pipi dan lalu bibirku.Saat
itu,aku seakan merasa suamiku yang melakukannya.Aku menurut saja,malah ikut
membalas lumatan lidah orang tua yang kini sedang memelukku.Aku seolah sedang
bermimpi.Aku malah ikut mengisap lidah tuanya itu.Tidak sampai disitu perlakuan
pak Ali terhadapku.Ia malah telah berani meraba raba payudaraku dari luar busana
ku.Aku semakin tidak kuasa menerimanya.Tubuhku seakan di aliri jutaan watt
voltase yang akan meledak.Aku malah semakin erat memeluknya.Juga jari jarinya
itu berusaha memasuki baju piyama ku.Usahanya untuk meraba payudaraku dari dalam
baju piyama ku akhirnya berhasil.Disana jarinya memilin milin putingku.Aku
seakan tersengat aliran listrik.Ada hawa hangat yang aku rasakan saat itu.Aku
pun berusaha menahan laju jarinya itu yang semakin bebas mengelus dan memilin
payudaraku.Namun aku tidak berhasil,dikarenakan aku sudah sangat bimbang dan
kacau.Seakan jari-jari itu memiliki mata dalam mengeksplorasi daerah sensitifku
ini.
Aku lalu melepaskan diri dari pelukan pak Ali dan mendorong tubuhnya menjauh.Aku
memandangnya dengan sangat tajam,seolah marah akan kelancangannya padaku.Ia diam
saja,dan juga memandang bola mataku dalam dalam.Ia pun seakan menantangku,tidak
ada kata kata yang aku ucapkan padanya saat itu.Dengan wajah sedikit pucat dan
sinis aku meninggalkannya.Aku berjalan ke kamarku ,sambil merapikan baju
piyamaku yang sembraut akibat perbuatan pak Ali tadi.Dikamar aku sempat
bercermin melihat wajahku yang mulai basah dengan air mata.Aku baru sadar,hampir
saja aku terjerumus ke lembah nista bersama pak Ali.Aku akui tadinya aku amat
menikmati perlakuannya pada ku.Aku jujur saja,memang aku hampir 3 bulan ini
tidak pernah lagi di sentuh suamiku.Terkadang sudah aku pancing ,dia untuk
memberiku kepuasan meski tidak pernah diakhiri dengan coitus.Itu sudah cukup
bagiku,yang diberikan suamiku. Dikamar aku rebahkan diriku ke atas ranjang yang
berselubung kelambu ini..Aku kembali menangisi nasip yang menimpaku ini.Suara
tangisku seakan memecah suasana malam yang di masih diguyur hujan dengan
derasnya. Pak Ali mendengar suara tangisku dari luar.Ia mengetuk ngetuk pintu
kamar,sambil berkali kali mengucap kata maaf.Aku mendengarnya hanya diam
saja.Lalu tanpa aku minta ia membuka pintu kamar dan masuk ke dalam
peraduanku.Ia duduk di pinggiran ranjang. Kembali ia mengucap maaf atas
kelancangannya tadi.aku semakin sedih.tangisku seolah tak dapat dihentikan
sambil sesengukan.Lalu ia membelai belai helai rambutku.Ia menghiburku dan
memintaku untuk jangan berprasangka terhadapnya.Kemudian ia berusaha mengangkat
tubuhku agar duduk.Aku menurut saja.Dengan jari tangannya ia hapus air mataku.Ia
menyarankan aku untuk jangan terlalu bersedih.Lalu kedua pipiku ia usap dengan
penuh kelembutan.Aku yang saat itu amat merindukan tempat mencurahkan keluh
kesah akhirnya memeluknya.Aku bilang kepadanya, bahwa Pak Ali jangan terlalu
merasa bersalah begitu. Sebab aku juga salah tadinya.Kembali aku di
peluknya,sambil mengucek-ngucek rambutku yang hitam.
Dalam pelukannya ia, terus membelai anak rambutku hingga ke tengkuk.Juga anak
rambut di balik telingaku ia sibakkan.Pak Ali kembali menciuminya,sambil
menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku kembali terbakar gairah.Aku semakin erat
memeluknya.Mulai dari pipiku diciuminya hingga berlabuh di bibirku. Dengan
gairah yang membara ia kulum bibirku.Lidahnya bermain main di langit langit
mulutku.Aku serasa kehabisan nafas dan tidak diberi kesempatan untuk
membalasnya.Juga tangannya kembali bergerak nakal melewati bajuku dari belakang,
jarinya masuk,.jari itu seolah mencari cari benda yang berada di dadaku.Seakan
jarinya bermata, ia mendapatkan benda yang ia inginkan.tanpa melepas Bh ku, jari
itu masuk saja dan memilin putting payudaraku. Mendapat perlakuan yang demikian
aku seperti di sengat ribuan watt aliran birahi.Aku semakin pasrah dan diam
menanti.Beberapa lamanya ia terus memilin-milin buah dadaku hingga aku terkulai
didadanya.Kemudian pa kali melepaskan pelukan dan jari jarinya dari balik baju
piyamaku.Ia berdiri dan meninggalkanku.Aku lihat dia menutup pintu kamar yang
tadi masih terbuka, lalu kearah saklar lampu dan mematikan lampu yang besar. Ia
menyalakan lampu kecil yang biasanya aku nyalakan jika hendak tidur.Cahayanya
temaram memerah.maklum hanya 5 watt.Sehingga suasana terkesan amat romantis.
Aku diam menunggu seperti pengantin wanita yang akan menunaikan kewajibannya.Pak
Ali kembali ke tempat tidurku,dan masuk kedalam kelambu dan merapikan kain
kelambu agar tertutup dan terhindar darui hawa dinginnya malam juga nyamuk.Ia
langsung saja mengulum bibirku.Dan kedua tangannya langsung saja meraih buah
dadaku yang masih terbungkus baju piyama .Beberapa saat ia merabanya dan
menghirup air ludahku karena aku tidak kuasa membalasnya.aku tak kuasa membalas
dikarenakan masih malu dan shock atas kejadian ini.Aku seakan tidak sadar dengan
siapa aku berdua di dalam kamar malam itu.Mendapatkan penerimaanku yang seperti
itu.Membuat Pak Ali semakin berani.Ia lalu berusaha melepas kancing depan baju
piyamaku.Sempat aku tahan gerakan jarinya saat melepas kancing itu.Namun
pandangan matanya pada bola mataku seoalah menyihirku untuk tidak menolak setiap
perbuatannya pada ku.Aku tak kuasa menolaknya yang akan membuka satu persatu
kancing piyamaku.Aku Terdiam pasrah,mukaku seolah memerah seperti udang rebus
yang siap disantap.Untunglah cahaya lampu yang temaram, tidak terlalu jelas
perubahan di wajahku.Namun detak jantung dan nafasku semakin tak beraturan.Aku
tahu sesuatu yang terlarang akan terjadi,namun bahasa tubuhku seakan
menerimanya.Kini baju piyamaku sudah dilepas,dan di lempar Pak Ali ke lantai
kayu kamar ini.Kini bagian sensitif di tubuhku sudah terbuka dan dengan bebasnya
di pandangi Pak Ali.Sebagai wanita aku merasa malu dilihat seperti itu.Aku
melipatkan kedua tanganku di dada.Agar buah dadaku yang masih tertutup bh tidak
terlalu dapat dilihat dengan bebas olehnya,selain itu cuaca serasa dingin
menusuk tulang dan pori-pori kulitku yang putih. Aku berusaha melipatnya,namun
Pak Ali berusaha juga untuk membukanya.Ia lalu mengulum bibirku lagi juga
menciumi leher sampingku.Itu merupakan area yang amat sensitif ditubuhku.Aku
tidak lagi melipat tangan didadaku.Kini aku malah menikmatinya dan memegang
bahunya.Kebetulan Pak Ali belum melepas busananya.Melihat aku sudah tak melipat
tangan didada,tangan kanan Pak Ali lalu membelai belai dadaku.Sedang tangan
kirinya bergerak ke punggungku.ia berusaha melepas pengait bh aku yang berwarna
putih dan bernomor 34b ini.Pengaitnya lepasdan dengan jari tangan kanannya ia
lepaskan tali yang masih menggantung di bahuku.Aku hanya mampu memicingkan mata
saat itu.
Semua penutup di bagian atas tubuhku telah lepas dari tubuhku dan dilemparnya ke
samping ranjang.Dengan perlahan ia meraba putting payudaraku dengan telapak
tangannya amat perlahan,sehingga menimbulkan sensasi lain dari tubuhku.Aku
hanaya dapat mendengus dan merintih.Sedang mataku aku picingkan, dan merusaha
mendekat ke tubuh Pak Ali agar ia menghentikan aktifitas tangannya itu.Tidak
dengan tangannya saja ia raba dadaku.Dengan mulutnya ia gigit gigit sekitar
bulatan dadaku.Gigitannya amat membuatku semakin tak bias mengontrol diri.Aku
hanya mampu meremas kain sprey dan lengan baju kaosnya.Aku semakin tak bisa
tenang. Akhirnya aku merasakan semua permukaan didada dan leherku sudah penuh
oleh lelehan air dari mulut Pak Ali yang sedang menciumi dan menggigit daging
lembut di dadaku hingga memerah.dileherku aku juga merasakannya, kini keringatku
juga sudah bercampur dengan air ludah Pak ali di permukaan kulitku yang putih
ini.Rabaanya amat berpengalaman, aku tidak menduga bahwa Pak Ali amat pintar
memperlakukan bagian sensitive di tubuhku bagian atas hingga akhirnya aku
mendapatkan Orgasme untuk pertama kalinya.Tubuhku semakin mengejang dan kepalaku
miring kekanan dan kekiri.Dengan suatu hempasan,aku melepaskan semua yang aku
pendam 3 bulan ini.Aku orgasme, meski tanpa melakukan coitus.Ini adalah yang
kesekian kalinya aku orgasme.Aku semakin terperosok kedalam jurang .Aku tidak
lagi memikirkan akibat dari perbuatan ini.
Dalam keadaan diamku itu, Pak Ali sempat bertanya apakah aku mendapatkan
kepuasan yang aku inginkan.Aku sudah tak mampu menjawabnya.Aku hanya memicingkan
mata karena malu.Ia lalu turun dari ranjang dan meraih segelas air.Air itu lalu
di berikan kepadaku.Aku terima air minum itu, dan aku habiskan .Lalu gelas ia
taruh di tempat semula, iapun kembali kearahku dan menaiki ranjang kembali.Aku
masih terdiam meresapi kenikmatan yang baru aku alami tadi.Ia lalu melap dahiku
yang basah dengan handuk kecil yang tersedia di atas meja di samping
ranjangku.dari dahi, ia lalu melap leher , lalu dadaku.Kini keringat di tubuhku
telah ia bersihkan.Aku semakin simpati pada Pak Ali yang amat memperhatikan
aku,hingga hal yang kecil.Aku saat itu menutup ketelanjangan dadaku dengan
selimut tebal yang selalu tersedia. Kemudian ia tahu bahwa aku sudah kembali ke
kondisi sediakala.Dengan hati-hati ia lepaskan celana panjang piyamaku. Tidak
terlalu susah, celana itu lepas karena aku ikut membantunya.Selain itu aku juga
merasa tidak nyaman.Celana panjang itu ia lempar ke lantai.Kini aku hanya
mengenakan celana dalam yang basah oleh air cintaku.Ia tahu karena sudah
basah.Ia memang seorang yang gentleman, ia masih izin padaku untuk
melepasnya.Aku sempat menolak, karena itulah satu satunya pertahanku yang
terakhir.Tapi apalah dayaku saat itu, aku semakin tak mampu menahannya, aku
tergolek pasrah menanti. Dengan gerakan yang lambat dan tangan yang bergetar,
aku lihat Pak Ali mulai menurunkan kain penutup terakhirku yang berwarna putih
itu dari selangkanganku.Perlahan ditarik, kain itu melewati lutut dan
betisku.Memang kain kecil itu sudah basah oleh air cintaku.Kini tubuhku telah
terbuka seluruhnya. Dengan tangan kananku aku tutup liang kewanitaanku.Aku
seakan risi jika dalam keadaan seperti ini bersama laki laki lain yang juga
pembantuku itu.Pak Ali masih membiarkan kelakuanku itu.Ia beranjak turun dari
pembaringan.Kain kecil itu masih dalam pegangan tangannya.Sempat aku lihat dari
sudut mataku ia menciumi kain kecil itu, lalu di taruhnya di bawah lantai
bersama onggokan baju dan celana piyamaku tadi.
Aku berusaha menutup tubuh telanjangku dengan selimut yang masih berada di
ranjangku. Kini aku sudah berada didalam selimut selain untuk menahan hawa
dingin yang menusuk juga dapat menutupi tubuh telanjangku.Aku perhatikan Pak Ali
sedang berusaha melepas bajunya. Mulai dari t-shirt kaos ,lalu celana
panjangnya,hingga tersisa celana dalamnya saja.Aku sempat menanyakan,kenapa ua
melepas bajunya.Dengan enteng, dikatakannya bahwa, ia juga ingin buka baju, masa
aku saja yang telanjang.Hati kecilku berkata, jelas akan terjadi hal yang
terlarang diantara kami, saat ia melepas busananya.Ia lalu menaiki ranjang
dimana aku terbaring. Lalu dengan tangannya ia sibakkan selimut yang menutupi
tubuh telanjangku.Dari ekor mataku aku liat alat kemaluan Pak Ali mulai
bereaksi. Penutupnya yang berwarna putih kekuningan mulai tak mampu menampung
dorongannya.Selimut tidak lagi menutup tubuhku.Dengan tanganku yang kiri aku
tutup liang kewanitaanku.Tingkahku ini diperhatikannya.Pak Ali lalu, dibelainya
payudaraku.Gerakan memilin dan meremas dengan lembut membuatku kembali terbakar
birahi lagi.Aku semakin larut oleh ulahnya pada tubuh telanjangku.Tangannya yang
kasar dan mulai keriput itu, mulai menjelajahi setiap titik sensitifku.
Keringatku semakin bertambah banyak, bukan karena panas, namun karena gairah
yang menghentak dari dalam tubuhku.Mataku aku picingkan, risi rasanya di cumbui
pembantuku ini. Ia memandangi organ vitalku beberapa saat. Setelah puas bermain
main di dadaku,aku ia lalu menjilat perutku yang putih dan masih rata ini.Aku
menahan nafas karena bobotnya yang mengganggu ku bernafas.Aku bilang padanya.Ia
lalu mengendorkan pelukannya.Kemudian aku didera rasa geli, malu, risi, juga
gejolak yang mulai timbul dalam diriku.Aku tidak lagi menutupi liang
kewanitaanku dengan tanganku.Kini kedua tanganku malah, memegang
kepalanya.Dengusan dan rintihanku seakan minta pertolongan agar cepat di
hentikan.Namun kelakuan Pak Ali tidak dapat di hentikan lagi.Kini ia dengan
mudah dapat membuka kedua pahaku.Ia dengan cepat memposisikan dirinya di antara
kedua pahaku.Aku sadar tadi telah diakalinya, hingga aku kurang waspada.Kini aku
berusaha merapatkan pahaku,namun gagal dan terhalang tubuhnya yang tambun.Aku
semakin tak kuasa melihatnya yang berada diatas tubuh telanjangku.Tanganku
berusaha mendorongnya agar menjauh.Namun apalah daya ,bagi seorang wanita yang
kini didera rasa, birahi,rasa yang selama ini tidak aku dapatkan dari
suamiku.Kini sensasi itu membuat gerakanku melemah dan menuruti apa yang di
perbuat Pak Ali.
Pak Ali, mendapatkan posisi yang amat menguntungkannya.Ia dengan mudah mengekpos
suluruh titik sensitif di tubuhku dengan mudah. Dia masih saja bermain main di
wilayah payudaraku,hingga aku merasakan air ludahnya sudah bercampur dengan
keringatku. Hampir seluruh permukaan kulitku dijilatnya dengan lidahnya.Mulai
dari bahuku hingga perutku yang masih rata ini.Aku tahu ia amat memperhatikan
seluruh tubuhku.Perlahan ia pun semakin turun kearah bawah perutku.Aku tahu ia
ingin melakukan sesuatu disana.Aku usahakan menutupnya dengan tanganku.Dan
dengan cara perlahan ia jauhkan tanganku dari liang kewanitaan yang selama ini
aku jaga kebersihan dan rawat ini.Tanganku di taruhnya di bahunya.Ia lalu
mendekatkan wajahnya ke organ kewanitaanku ini.Aku merasakan debar debar
aneh.Ini adalah kali kedua, laki laki yang melihat organ kewanitaanku, setelah
suamiku.Pak Ali lalu menciuminya.Lalu lidahnya menjulur kearah belahan liang
kewanitaanku.Lidahnya masuh, dan terus masuk menyesaki rapatnya organ vitalku
ini. Dengan tanpa jijik ia jejalkan lidahnya di bibir kewanitaanku.Hingga daging
kecil atau klitorisku seaskan membengkak karena gesekan lidahnya yang terasa
kesat di kemaluanku. Beberapa menit kemudian , aku merasakan adanya dorongan
yang akan meledak di dalam tubuhku.Aku tahu aku akan mendapakan orgasme yang
kedua kalinya.Aku semakin merapatkan pahaku, menahan orgasme yang datang, hingga
kepala Pak Ali terjepit pahaku yang putih licin karena keringat.Aku secara
eksplisit merintih dan meregang otot-ototku, mendapatkan orgasme kedua
ini.Rasanya aku amat penuh.Aku semakin histeris dan kepalaku miring kekiri
kekanan, juga tangannya meremasi apa yang aku pegang, aku seakan mampu merobek
kain sprey yang sudah tak beraturan ini.Keringatku membasahi,jidat, leher, juga
payudaraku basah oleh keringatku.Dalam gerakanku ini aku tak sadar hingga
sanggup melepas kalung yang aku pakai. Juga terdengar dencingan gelang emas yang
aku pakai.melewati saat saat orgasme kedua ini , aku amat histeris, mengalahkan
rasa yang aku dapatkan tadi juga saat bersama suamiku.
Aku memperhatikan Pak Ali, masih berada di bawah perutku.Ia masih disitu,
menghisap air cintaku yang keluar dari liang kenikmatanku.Tidak ada rasa jijik
yang ia perlihatkan padaku.Dari pandangan matanya padaku setelah aku
kecapaiannya ini, hanya rasa bangganya karena bisa membuatku bahagia saat
itu.Aku amat berhutang budi padanya, meski tidak melalui persenggamaan aku bisa
mendapatkan orgasme yang amat puas.Pak Ali memperhatikan aku yang mulai lemah
dengan tangan yang terbuka.Kedua kakiku juga terbuka seoalah aku sudah tak mampu
menutupinya.Aku amat lemas sekali saat itu.Ia pun turun dari ranjang ku dan
mengambil air minum.Setelah diminumnya air itu,lalu aku juga di berinya air .Aku
memang amat haus sekali.Setelah meletakkan gelas yang ia pegang, lalu dengan
handuk kecil ia lap seluruh tubuhku dengan lembut.Dengan hati hati ia lap
wajahku, leher, dada, hingga kedua pahaku dan selangkangannku.Tubuhku di
balikannya,punggungku juga tak luput darinya.Aku masih dalam keadaan lemah dan
tak mampu menggerakan anggota badanku.Disaat ia membalikan tubuhku,ia menemukan
kalung yang aku pakai dan sempat lepas tadi.Kalung itu diserahkan padaku,dengan
suara serak aku minta ia memasangkannya di leherku.Aku bangun dan sambil duduk
ia bantu aku memasang kalung yang lepas saat aku histeris tadi.Untunglah
rantainya tidak putus.Selesai memasang kalung itu, ia lalu kembali membaringkan
aku.Dan meletakan kepalaku di bantal.
Kemudian ia pun membaringkan tubuhnya yang agak kurus itu di sampingku.Tangannya
lalu membelai belai anak rambutku.Lalu ia membisikan sesuatu ke telingaku..Aku
terbelalak, dan juga memandangnya dengan tidak suka.Aku lalu membalikkan
tubuhku, seakan tidak suka akan bisikannya itu. Ia pun dengan wajah masam
membantingkan kepalanya ke bantal.Kini aku rebah di kasur sambil membelakangi
Pak Ali.Pak Ali pun masih berada di belakangku.Dengan jari-jarinya ia
gesek-gesek punggungku yang terbuka.Sedangkan bagian pahaku aku tutup dengan
selimut, sebab udara amat dingin karena hujan yang masih mengguyur,apalagi juga
di daerah sini amat terkenal karena hawanya yang dingin.Perlahan bulu bulu
romaku berdiri karena elusan jarinya, di bahu,tengkuk, juga punggungku yang
banyak tumbuh bulu-bulu halus itu.Dengan nafasnya yang berat ia berusaha
memberiku kehangatan. Hembusan nafasnya itu mampu memberiku percikan birahi
lagi.Di saat aku membelakanginya, aku sempat melihat di jam di mejaku. Waktu
menunjukan jam 12 tepat.Aku masih berusaha untuk menahan gejolak yang timbul
karena elusan elusan halus Pak Ali.Namun semakin aku berusaha menolak gejolak
itu, malah semakin menjadi jadi.
Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlarut oleh rangsangannya.Aku masih
ingin memberikan keperawananku ini pada suamiku tercinta.Aku merasa amat teledor
senja tadi, harusnya aku tidak membocorkan rahasia kamarku pada Pak Ali,
bagaimanapun ia adalah orang lain yang tidak ada pertalian darah dariku.Namun
mungkin karena terdesak saja .Aku semakin yakin Pak Ali juga menginginkan
kegadisanku ini.Aku semakin tak punya pertimbangan lagi. Aku terdesak dan amat
rapuh sebagai seorang wanita.Mengingat kebodohanku dan mudahnya aku rapuh saat
ini,membuatku meneteskan air mata.Aku kembali didera rasa bersalah, rasa
menyesal dan rasa berkhianat .Padahal suamiku amat percaya padaku,kini malah aku
yang berkhianat.Aku lalu menangis lagi.Dalam posisi membelakangi Pak Ali yang
masih berupaya merangsangku saat itu,.tangisanku didengarnya.Lalu tubuhku
dibalikannya,hingga menghadap dia.Dengan pandangan mata tuanya ,ia pun berkata,
jika aku tersinggung atas kata katanya tadi ya tidak usah katanya.Lalu aku
jawab, tentang nasibku yang amat tidak beruntung ini padanya.Aku menangis karena
memang aku lagi sedih jawab ku singkat. Pak Ali lalu mengusap ngusap dahiku dan
rambutku.Aku memandang matanya, dalam bola matanya seolah terungkap bahwa ia
memang ingin mendapatkan yang ia minta tadi.Namun aku telah terlanjur tidak akan
memberikannya pada orang lain selain suamiku.Ia diam saja dan kini membelai
belai buah dadaku yang hanya tertutup selimut.Ia masih berusaha memancing
birahiku agar kembali terbakar.Aku tahu bahwa Pak Ali tidak ingin melakukan
pemaksaan padaku,selain ia sadar pada posisinya yang telah dianggap saudara oleh
ayahku itu.Tidak lama memang, aku kembali terbakar.Mukaku memerah menahan
gejolak itu.Aku tahu aku tak akan mampu bertahan sebegitu lama , jika terus
terusan di rangsang seperti ini.Dengan rasa kesal aku lengoskan wajahku dari
pandangannya yang mulai tersenyum karena merasa menang.Aku sebal dengan
kelakuannya yang mulai susah aku kontrol. Ia kini seakan merasa berhak atas
tubuhku.Aku berusaha membalikan tubuhku untuk menegaskan padanya untuk jangan me
rangsangku lagi, namun aku tak mampu.Tangannya yang kiri terus turun menuju
liang kewanitaanku.Aku berusaha merapatkannya kedua kakiku.Tapi jarinya tetap
berusaha masuk dan mencari klitorisku.Aku sesenggukan menahan bisikan dari dalam
dadaku.Aku yang tadinya merasa Pak Ali adalah orang yang tepat untuk menumpahkan
uneg-uneg kini malah memanfaatkan kelemahanku.Lalu perlahan gerakanku yang
merapatkan kakiku semakin tak bisa aku pertahankan.Menerima rangsangan di pusat
kewanitaanku ini, aku tanpa sadar melemah dan kaki ku semakin terbuka.Dan tanpa
aku ketahui Pak Ali melepaskan celana dalamnya yang mulai kusam itu.Ia lalu
memposisikan dirinya di antara kakiku yang terbuka ini.Aku kaget, karena sempat
merasakan otot kemaluannya yang mulai keras dan hangat tersentuh perutku.Dengan
sigap ia telah berada diatas tubuhku.
Aku mulai sadar,bahwa tidak lama lagi aku akan jatuh kedalam keinginan Pak
Ali.Aku semakin bingung memikirkan yang akan menimpaku.Aku semakin takut jika
saja ia memperkosa dan membunuhku saat itu.Aku kini sudah tak mampu berpikiran
normal.Aku tahu yang diingini Pak Ali.Tangisku kembali meledak,aku seakan tak
mampu bertahan dari serangan nafsu dan birahi yang ia hamparkan kepadaku.Kini
hanya tangislah sebagai pelampiasanku.Aku lalu memandangi matanya yang mulai
memerah karena nafsu.Tampak ia amat ingin sekali.Dalam sesengukan tangisku itu,
aku usahan untuk melepas kan cincin kawin yang kukenakan.Sempat terbayang
didiriku saat saat Bang Ardi suamiku memasangkannya di jariku di depan penghulu
dulu.Aku merasa bersalah kepadanya, cincin ini adalah lambang cinta kami dan
simbol ikatan aku dan suami.Aku merasa tak lagi mampu menahan ancaman yang akan
merobohkan tiang perkawinan kami.Kini aku lepas cincin itu, dengan harapan aku
tidak terlalu didera rasa bersalah yang amat dalam.Dalam lelehan air mata dan
sesengukan tangis , cincin itu aku letakan di meja kecil samping
ranjangku.Biarlah cincin itu seolah menyaksikan penyelewenganku saat ini.Dengan
pandangan heran Pak Ali memperhatikan tingkahku itu. Kini semakin aku tahu,
bahwa Pak Ali bukanlah orang baik-baik, sebab di saat aku melepas cincin itu tak
ada upayanya untuk membatalkan niatnya padaku. Malah aku lihat ada kilatan rasa
bangganya saat itu.Biasanya kalau orang baik baik akan tersentuh hatinya melihat
tindakanku itu.Berarti selama ini hanya kebohongan saja jadi orang baik baik,
namun mempunyai maksud maksud tertentu. Setelah meletakkan cincin itu, aku
memandangnya dengan pandangan sinis dan marah.Dia masih berada di atas tubuhku
saat itu.Aku lalu tidak lagi memandangnya.Kini tubuhku serasa kaku dan aku sudah
pasrah akan apa yang terjadi pada tubuhku ini.Melihat aku melengoskan wajah dari
pandangannya, malah Pak Ali semakin berupaya merangsangku. Oh…alangkah tidak
tahu dirinya orangtua ini, bisik hatiku. Rupanya kebaikan orangtuaku selama ini
telah dikhianatinya.
Kini dengan tangannya ia terus memilin dadaku hingga memerah.Bibirku di ciuminya
meskipun aku berusaha mengatupkannya.Aku semakin tak berdaya menentang kemauan
Pak Ali. Sehabis diciuminya, aku lagi melengoskan wajahku dan tak memandang
matanya.Aku tahu ia akan menggauliku.Hingga tanpa aku inginkan kembali air mata
ku meleleh dari sudut mataku yang sudah sembab karena tangisan.Pak Ali lalu
berusaha membuka kedua pahaku yang telah terbuka.Aku seakan tak ada daya untuk
mencegah.Dadaku semakin berdebar debar tidak karuan.Aku semakin bingung dan
menahan nafas.Debar didadaku semakin keras menanti yang akan terjadi padaku.Lalu
Pak Ali mulai membuka belahan bibir kewanitaanku dengan jari jarinya.Ia lalu
mengarahkan kemaluannya.Aku sempat menahan nafas .Aku tahu aku akan kesakitan
sebab ini adalah yang pertama bagiku.Dari cerita2 temanku disaat saat melakukan
coitus pertama kalinya akan merasakan kesakitan.Apalagi, melihat panjang dan
besarnya kemaluan pak Ali,aku semakin tak kuasa menghindarinya. Dengan perlahan
ia berusaha memasuki pintu kemaluan aku.Namun selalu gagal, kadang
terpeleset.Aku masih berdebar debar dan menahan nafas. Aku seakan tak kuat
menahan bobot tubuhnya,meski tubuhnya kurus namun membuatku sulit
bernafas,mungkin perasaan takut itu yang membuatku kuatir.Merasa usahanya
selalau gagal memasuki diriku , ia lalu meraih bantal yang berada
dekatnya.Dengan bantal itu ia ganjal di punggungku hingga posisiku kini
menghadap dirinya dan liangku semakin terbuka.Ia semakin mudah memasuki diriku.
Dengan perlahan dan sedikit demi sedikit, kepala kemaluan Pak Ali yang lumayan
panjang itu mulai meretas jalannya.Pertama ada rasa geli dan gatal di bibir
kemaluan ku, lalu berganti rasa nyilu.Saat aku merasakan nyilu itu, ia
menghentikan dorongannya.Lalu ia kembali menambah masuk, aku terpekik,
sakit..sakit kataku berulang ulang.Ia berhenti, tapi sebentar lalu ia dorong
masuk kelelakiannya ke dalam kewanitaanku.Aku berusaha menahan bahunya untuk
tidak masuk lagi.Namun tidak berhasil.Tampaknya ia memang amat ingin merobek
keperawananku. Tanpa memberiku waktu sedikitpun ia langsung menghujamkan
kemaluannya hingga mentok didasar rahimku.Aku terpekik dan menangis.Ia lalu
mendiamkan posisinya itu, tampaknya memang untuk menjebol keperawananku ia
usahakan untuk berlama-lama disana. Aku menagis dan terus menangis seolah
mengucapkan selamat tinggal pada keperawananku. Aku telah berhasil dijebol oleh
penjaga rumahku ini. Kemudian ia menarik kelaminnya yang panjang dari liangku
lalu memasukannya lagi berulang ulang.Aku masih merasa kan sakit yang amat
sangat.Kini aku sudah menjadi taklukannya.Beberapa lama ia terus bergerak diatas
tubuhku seolah aku adalah kuda pacuan yang sedang ditungganginya.Tubuh putihku
beberapa kali bergerak mengikuti gerakannya. Buah dadaku yang montok inipun
tidak luput dari remasan tangannya seolah tali untuk menarik kuda.Aku semakin
sulit menahannya dan rasa sakit dan nyilu disekujur tubuhku. Keringatku di
dahiku amat banyak juga leher dan dadaku. Semua sudah bercampur dengan air
mataku.
Pak Ali terus melakukan gerakan maju mundur beberapa kali, yang awalnya
perlahan, lalu semakin cepat dan beberapa menit kemudian ia memuncratkan
spermanya di dalam rahimku.Ada rasa hangat didalam rahimku saat ia klimaks itu.
Gerakannya semakin melemah lalu amruk di dadaku. Merasakan bobot badannya yang
membuatku kesulitan bernafas, aku lalu mendorongnya ke sampingku. Ia pun rebah
di sana.Kini aku berusaha bangun dari rebahan. Aku merasakan rasa sakit dan
nyeri di selangkanganku.Benar yang dikatakan temanku bahwa jika telah di
perawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, aku hanya bisa duduk. Rasa
nyeri mendera liang kelaminku.Saat itu aku melihat lelehan darah segar di
pahaku, juga di sprey yang kusut itu.Kesedihan amat mendera sanubariku yang
paling dalam.Aku menyesalinya kenapa aku menyerahkan diri pada lelaki lain dan
bukan pada suamiku.Aku juga menyesali ketidak mampuan suamiku mengambil apa yang
menjadi haknya padaku.Aku juga merasa bersalah, ini bukanlah semata mata
kesalahan Pak Ali.Aku juga andil menyebabkan dia mengambil apa yang bukan
haknya. Dalam kesedihanku setelah berhasil di renggutnya kehormatanku oleh Pak
Ali. Aku hanya duduk terdiam di sandaran ranjangku.Dimataku masih ada jejak
jejak tangis.Tubuh telanjangku aku tutup dengan selimut tebal.Selain kesadaranku
sudah pulih ditambah hawa dingin yang masih terasa.Aku lihat disampingku
tergolek tubuh hitamnya. Pak Ali yang baru saja merenggut kehormatanku.Ia
terlihat sangat nyenyak, juga diwajahnya tersirat kepuasan. Di dalam hatiku aku
serasa ingin marah dan mengusirnya yang masih tidur diranjangku.Aku pandangi
wajah tuanya. Mulai dari kepalanya, hingga perutnya yang hitam juga benda
panjang yang baru saja mengaduk aduk kewanitaanku.Dia masih terlelap dan saat
itu tubuhnya hanya tidak tertutup apapun juga.Aku heran dia tidak merasakan
dingin,sedangkan aku hampir saja menggigil.Aku berusaha untuk tidur,namun rasa
nyeri dan agak linu di kemaluanku membuatku susah untuk memicingkan mata.
Disaat aku berusaha untuk memicingkan mata.Pak Ali terbangun.Ia lalu meraih
selimut yang aku pakai.Tampak ia juga merasa kedinginan.Ia bertanya
padaku,kenapa belum tidur, aku diam saja.Malah aku semakin membalikkan tubuh
membelakanginya.Iapun berusaha,untuk masuk kedalam selimut yang aku pakai.Pak
Ali lalu masuk kedalam selimut yang aku pakai.Ia pun berusaha menutupi tubuhnya
karena dingin.Dalam posisiku yang membelakanginya.Tanpa bisa aku cegah lagi dia
dengan seenaknya membelai bahuku dan menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku
sadar ia sepertinya ingin merangsangku kembali.Namun perbuatannya itu aku
biarkan saja tanpa menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan
tengkukku.Aku merinding saat itu, dan berusaha menghalangi tangannya yang
mengelus tengkukku dengan tanganku.Usahaku tidak berhasil,malah dia yang semakin
berusaha membalikan wajahku untuk berbalik kearah wajahnya.Dalam keadaan itu
akupun terpaksa menghadap wajahnya. Lalu ia raih daguku dan ops…bibirku langsung
di sapunya dengan lidahnya.Tangannya tak tinggal diam, meremas dan membelai buah
dadaku.Aku semakin tersedu sedu merintuh menahan rasa geli dan hangatnya belaian
tangan kasarnya.Lalu tangan kirinya turun ke bawah, kearah liang
kewanitaanku.Jarinya begitu mahir masuk kedalam liang kewanitaanku yang kini
sudah tidak perawan lagi.Beberapa saat kemudian ia membelai belai klitorisku.Aku
semakin tak kuasa menahan setiap gerakan jarinya.Aku sudah mulai terbakar birahi
lagi. Mukaku kembali memerah dan keringat ku kembali timbul,karena aku merasakan
tubuhku tidak dingin ,kini sudah panas karena birahi.
Tanpa menunggu aba aba lagi, Pak Ali beranjak bangun dari posisinya yang
menyamping dariku saat itu.Ia lalu menyingkirkan selimut yang menutupi kami saat
itu.Kini tubuhku dan Pak Ali sudah sama terbuka.Ia berusaha membuka kedua pahaku
kembali dan memposisikan tubuhnya tepat diantara pahaku.Aku tahu ia kembali
ingin menghabiskan malam itu denganku dengan melakukan hubungan badan
kembali.Aku yang kini sudah merasakan tidak ada lagi yang akan aku pertahankan
dan semua sudah terlanjur basah. Kini aku cenderung menurut apa yang akan ia
lakukan. Malah kini aku juga membantunya untuk lebih membuka kedua pahaku untuk
di masukinya.Meski rasa perih dan nyilu masih terasa,namun aku sudah tidak
memperdulikannya. Kini kami sudah berhadap-hadapan, siap untuk melakukan
persenggamaan.Bertahap dan penuh kehati-hatian Pak Ali mulai mengarahkan
kemaluannya ke dalam rahimku.Aku kini merasakan sensasinya amat dalam.Kini aku
sudah tidak terpaksa lagi.Awalnya hanya kepala kemaluannya yang menyentuh bibir
liang sanggamanku,lalu berangsur semuanya.Aku kini merasakan sentuhan kemaluan
pak Ali masuk kedalam rahimku.Gerakannya maju mundur dan teratur.Ia kini tidak
terlalu tergesa-gesa seperti saat ia pertama kali menjebol rahimku.Kali ini
begitu penuh perasaan dan kelembutan.Ia terus memandangi mataku, aku jadi malu
sehingga kupejamkan mataku ini. Lalu gerakannya kembali berangsur cepat dan
cepat. Aku merasakan ada sesuatu yang akan meledak di dalam kewanitaanku. Aku
berusaha menahan rasa itu hingga tanpa bisa aku halangi, kini malah tubuhku
serasa mengejang dan otot-oto diseluruh persendianku mengeras.Aku mendapatkan
orgasmeku,namun Pak ali masih saja tetap masih dalam gerakan memompa semakin
cepat.Tangannya tak tinggal diam sambil meremas kedua payudaraku.Aku semakin tak
bisa mengendalikan diri lagi.Aku raih bahunya, dan aku jepitkan kedua kakiku di
pinggangnya.Hingga beberapa menit kemudian tubuh Pak Ali langsung mengejang dan
gerakannya pinggulnya seakan mendorong kemaluannya kedalam rahimku. Ia seakan
ingin memasukan kemaluannya lebih dalam lagi. Tanpa bisa aku cegah lagi, ia pun
menumpahkan air spermanya dalam rahimku. Ia lalu memelukku amat erat, seakan tak
mau terpisah dari tubuhku.Masih dalam keadaan berdempetan dengan tubuhku Pak Ali
pun terjerembab di sampingku, juga kelamin kami terlepas.Kini kedua tubuh kami,
sudah basah oleh keringat dan lendir sisa sisa persenggamaan ini.
Aku pun akhirnya tertidur bersama Pak Ali sambil berpelukan di ranjangku.
Paginya aku terbangun dan sudah tidak melihat Pak Ali lagi di sampingku. Ia
ternyata telah menyiapkan sarapan pagi. Pagi itu tampaknya masih turun hujan,
malah tambah deras.Hingga di luar jendela aku tidak dapat melihat indahnya sawah
dan pemandangan danau. Aku berusaha bangkit dari ranjang, baru saja akan
menginjakkan kaki di lantai, oh…aku kembali merasakan nyilu di kemaluanku.
Dengan tertatih aku berjalan keluar kamar.Lalu aku duduk di jendela ruang
tengah.Dan Pak Ali datang dengan membawa nasi goreng juga dengan telur setengah
matang. Ia lalu menyuruhku makan, untuk memulihkan tenagaku yang terporsir malam
tadi.Dengan lahap aku santap makanan yang di masaknya itu. Memang aku sangat
lapar dan lalu aku di beri susu yang di bawa dari Padang. Sehabis makan, aku
lalu ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku dari sisa sisa persebadanan malam
tadi. Semua lendir dan jejak jejak yang menempel di tubuhku aku bersihkan dengan
sabun. Kemudian aku masuk kamar untuk mengambil pakaian.Aku agak kaget, soalnya
Pak Ali,sudah berada di dalam kamarku. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey
yang sudah kotor dan ternoda darah kehormatanku. Ia kemudian membawa sprey itu
ke luar kamar dan merendamnya. Tidak lama kemudian ia masuk lagi ke dalam
kamarku. Saat itu aku sedang duduk di depan cermin sambil memoles wajahku.Ia pun
dengan berani memegang bahuku.Aku kaget dan agak kesal padanya yang seenaknya
masuk kamarku dan meraih bahuku. Ia diam dan malah memandang mataku dalam-dalam.
Dan dengan sedikit gerakan saja, aku sudah berhasil di baringkannya di
ranjangku. Ia lalu menciumi rambutku yang masih basah karena keramas. Iapun
sedang berusaha untuk melepaskan busana ku.Aku seakan tak berdaya,
menolaknya.Dan akhirnya di pagi hari itu, kami kembali mengayuh kebersamaan
ragawi bersama.Aku beberapa kali mengalami orgasme. Tubuhku seakan semakin mampu
membalas perlakuannya. Kini tak ada lagi rasa sakit di kewanitaanku saat
bersebadan.Aku pun tak malu malu lagi memegang alat kelaminnya yang masih kokoh
itu.
Hingga selama dua hari aku di kampungku, aku tak melewatkan kesempatan
bersenggama dengan Pak Ali. Dan selama itu juga,aku tidak sempat memakai celana
dalam dan hanya rebahan di ranjang. Sepulang ke Padang, aku mengantarnya kerumah
orangtuaku.Aku lalu terus ke rumahku. Siang itu, aku memeriksa laporan anak
buahku.Aku lalu mandi dan tidur siang itu.Setelah beberapa hari lamanya, aku
tetap menjalankan rutinitas pekerjaan seperti biasanya.Juga aku menghubungi
suamiku yang masih tiga minggu lagi pulang.Aku juga sempat menghubungi kedua
orangtuaku, rupanya orangtuaku rencananya akan terus ke Bali tempat kakakku yang
perempuan.Aku semakin didera rasa kesepian.Terkadang dimalam hari,aku ingat
kejadian saat bersama Pak Ali.Aku mengaku sejak merasakan hubungan terlarang
bersamanya aku seakan merindukan saat-saat seperti itu dan akupun mencari jalan
cara agar dapat mengulangnya.Aku tentunya tidak mungkin melakukannya di rumah
orangtuaku sebab ada istrinya.Lalu aku mendapatkan cara, yaitu menelpon ke rumah
orangtuaku,minta ia besoknya datang,karena ada yang akan di perbaiki. Besoknya
ia datang ke rumahku sendirian. Ia pun bertanya apa yang akan ia kerjakan.Dengan
pura-pura aku bilang saja,atap di ruang dapur ada yang bocor kataku.Lalu Pak Ali
memeriksanya dan membetulkan atap yang memang sedikit bocor. Selesai dengan
pekerjaannya ia lalu memberitahuku.Saat itu aku tidak kekantor dan di rumah
saja.Pak Ali seakan tahu yang aku inginkan darinya.Saat aku sedang di meja
makan, ia tiba-tiba merangkulku dan menciumi bibirku.Aku yang seperti seorang
musafir kehausan membalas perlakuannya itu, lidah kami seakan saling memilin.Dan
kamipun berjalan kearah kamarku.Aku merebahan tubuhku di ranjang menunggunya
yang sedang menutup pintui rumah dan kamar, tak lama memang,ia pun masuk
kamarku.Semua pakaiannya ia lepas,lalu menaiki ranjangku.Ia lalu berusaha
melepaskan semua busanaku.Kemudian kami pun saling meraba dan memberi
rangsangan.Hingga aku pun bersiap siap membuka kedua pahaku dan memberinya jalan
untuk menyenggamaiku.Aku kini dengan suka rela menerima hujaman kemaluan pak Ali
di rahimku.Kurang lebih 10 menit ia mengayuh dan mendorong kemaluannya,barulah
ia memuntahkan air kelakiannya di rahimku.Aku amat merasa puas, sebab aku juga
sudah mendapatkan orgasme.seharian itu,ia memuaskan dahagaku.Dan setelah aku
merasakan capai disana sini di setiap persendian tubuhku barulah kami
menghentikan persenggamaan itu.
Hingga saatnya, aku telah mendapatkan apa yang tidak aku dapatkan dari
suamiku.Pak Ali amat mengerti keinginanku.Ia kini rutin memberiku jatah seks dan
akupun berusaha untuk memuaskannya.Namun saat yang membuatku jadi heran,kenapa
saat bersama Pak Ali aku tidak sampai hamil, padahal aku tidak melakukan
proteksi atau apapun juga. Kini aku terus melakukan kehidupanku dengan dua orang
suami yang memang aneh jika diketahui dan lihat orang lain. Terkadang aku sering
pulang ke Maninjau hanya berdua dengan Pak Ali. Dan sudah bisa ditebak,bahwa
selama di Maninjau kami mereguk sepuasnya kenikmatan badani dan aku merasakan
amat puas. Aku semakin larut akan belaian dan haus akan hujaman kemaluan Pak Ali
yang cukup membuat liang kewanitaanku terasa penuh. Setiap setelah bersenggama
aku merasakan tubuhku kembali segar dan segala beban pikiranku seakan musnah.
Kini aku semakin tak mau melepaskan saat saat bersama Pak Ali. Aku sudah
memiliki orang yang bisa menutupi kekurangan suamiku. Ia bukanlah orang lain dan
juga aku yakin akan terjaga kerahasiaanya. Aku semakin tidak malu lagi untuk
mengajak pak Ali untuk tidur di rumahku. Aku semakin tidak peduli terhadap
statusku yang seorang istri dan Pak Ali yang adalah pembantu keluargaku. Kini
kehidupanku semakin tak beraturan. Disaat suamiku berada di tempat kerjapun aku
masih mencuri curi waktu untuk mereguk kenikmatan ragawi bersama pak Ali. Memang
hampir masuk 4 bulan ini, aku dan pak Ali selalu melakukan hubungan badan paling
kurang 2 kali seminggu.Hingga perbuatan kami itu akhirnya membuahkan hasil. Aku
tidak menyangka diriku hamil, memang selama ini selama bersebadan pak Ali selalu
menumpahkan spermanya didalam rahimku. Saat itu aku merasakan tamu bulananku
tidak kunjung datang padahal biasanya teratur.Akupun merasa akhir-akhir ini
sering merasa malas-malasan dan terkadang mual-mual.Dengan alat test kehamilan
yang aku beli di sebuah apotik, aku mencoba mengetahuinya. Dan…aduh alangkah
kagetnya, memang aku positif hamil.Besoknya tanpa sepengetahuan suamiku aku
periksakan diri ke dokter kandungan sekedar mengetahui keadaanku.Dan lagi lagi
dokter membenarkan aku sudah mengandung 1 bulan, lebih gawatnya lagi itu benar
benih Pak Ali. Aku khawatir bagaimana cara memberitahukannya pada
suamiku.Alangkah hancur hatinya jika mengetahui aku hamil oleh pembantuku itu.
Suamiku pasti akan marah besar dan amat menyalahkan aku.Aku semakin tersudut
saat itu.Apa alasanku padanya untuk membela diri dan yang pasti aku telah secara
terang-terangan mengkhianatinya.Juga aku telah melanggar janjiku disaat malam
pengantin kami dulu bahwa aku tak akan meninggalkannya apapun alasannya.
Dan saat tiba dirumah,aku mencoba merenungkan apa yang akan terjadi pada
kehidupan perkawinanku ini.Senja itu suamiku pulang dari kantor dan dengan
hangat aku bukakan pintu rumah.Dengan sedikit memberiku sun sayang ia lalu
berlalu ke kamar untuk mengganti baju kerjanya, sedang aku mengikutinya dari
belakang kekamar.Lalu iapun masuk kamar mandi untuk mandi sore karena tubuhnya
terasa amat penat.Sedang aku menyiapkan baju ganti untuknya senja itu.dan
setelah mandi kamipun beranjak ke ruang makan dan aku telah menyiapakan makan
malam untuknya.Dengan sedikit bincang-bincang seperti biasanya, kamipun makan
berdua. Namun tiba-tiba rasa mual mengganggu aku. Aku berlari ke wastafel yang
berada di dekat dapur lalu muntah-muntah dan merasa tidak kuat aku lalu masuk
kamar mandi.Merasa sudah agak baikan,aku lalu keluar kamar mandi dan kembali ke
ruang makan.Suamiku amat mengkuatirkan kesehatanku.Dia menyangka aku masuk angin
saja.Lalu ia dengan cepat mengakhiri makannya.Ia lalu membopong aku kekamar dan
membaringkan tubuhku yang agak lemah ini. Setelah aku rebahan di ranjang,
suamiku berusaha untuk memijiti tengkukku dengan minyak angin.Ia mencari cari
minyak angin, namun aku beri tahu ada di dalam tas aku.Ia lalu berusaha
mencarinya, namun sebelum mendapatkan minyak angin ia malah membaca hasil
diagnosa dokter yang menerangkan kehamilan ku ini.Dan dengan amat kaget ia
menanyakan padaku tentang surat dokter itu.
“Ri…!ini surat siapa!” katanya sinis.
Aku hanya diam membisu,dan tak berani menatap matanya.Ia lalu membentakku, “Hei,
Ri!ini hasil diagnosa siapa?!” Aku lalu menangis dan berusaha memeluknya.Namun
ia dengan cepat menghindar.Dengan marah yang amat sangat ia mencerca aku malam
itu dengan berbagai pertanyaan tentang kehamilanku, juga dengan siapa aku
berbuat itu semua. Dengan terpaksa aku pun mengakui dan minta maaf padanya.Aku
juga menerangkan dengan siapa aku bersebadan hingga membuatku hamil. Suamiku
lalu terduduk lesu di atas ranjang. Dengan amat sedih ia amat menyesali
pengkhianatanku ini dan amat menyalahkan aku.
Dalam situasi saat itu, meskipun ia amat marah besar padaku, ia masih bisa
menahan amarahnya.Aku tidak di apa apakannya, dia tidak melakukan tindak
kekerasan padaku.Ia bisa mengontrol kemarahannya.Dengan terduduk lesu,ia lalu
mengakui semua itu memang andil kesalahannya juga.
Aku serasa tidak kuat melihat penderitaannya dalam kesedihan saat itu.Aku lalu
memintanya untuk menceraikan aku.Namun ia menggeleng dan memberikan alasan yang
amat kuat.Jika ia menceraikan aku,maka ia kuatir rahasianya akan terbongkar,baik
kepada orangtuanya dan orangtuaku,itu akan dapat membuatnya semakin
hancur.Itulah alasan suamiku disaat aku minta agar ia rela menceraikan aku yang
telah berbuat kesalahan ini.Ia lalu memberiku kesempatan untuk bersama sama
dengannya untuk membesarkan janin yang aku kandung saat itu.Suamiku pun sempat
bertanya padaku apakah Pak Ali sudah aku beri tahu.Aku memang belum sempat
memberitahu Pak ali saat itu.Suamiku berharap agar Aku bisa menyimpan rahasia
itu agar jangan sampai diketahui orang lain dan iapun minta agar aku mengatur
pertemuannya dengan Pak Ali yang merupakan ayah dari janin yang aku kandung ini.
Aku sedikit lega mendengar penuturan suamiku yang bersedia menerima anak yang
bukan dari benihnya ini,kini tinggal bagiku untuk memberitahu Pak Ali tentang
berita ini.Besoknya, sepulang dari kantor aku menelpon Pak Ali untuk datang
kerumah karena di panggil suamiku.Dalam pembicaraan telpon Pak Ali sempat
bertanya-tanya kenapa dia tiba tiba di panggil suamiku.Aku lalu menerangkan
seperlunya bahwa ada yang akan dibicarakan suamiku padanya.Terdengar suara Pak
Ali yang agak gugup saat aku bilang suamiku ingin bicara empat mata dengannya
besok sore kataku.Dengan sedikit agak kaku ia menyanggupinya.Aku tahu Pak Ali
merasa bersalah telah menggauliku selama ini dan ia belum tahu tentang
kehamilanku ini.
Besok sorenya sebelum aku pulang dari kantor, Pak Ali sudah berada di depan
pintu rumahku.Melihat aku datang ,ia membuka pagar rumah dan akupun memberikan
kunci garase padanya untuk membukanya, sebab aku ingin memasukkan mobilku
kedalam.Dia lalu memberi aba aba kepadaku untuk memasukan mobilku.Beberapa saat
kemudian aku sudah membuka pintu rumah dan mempersilahkan ia masuk, meski saat
itu aku lihat ada rasa canggung di sikapnya, aku juga mulai agak kaku.Kemudian
sesampai didalam rumah ia sempat menanyakan padaku akan hal dipanggil
suamiku.Dengan berat hati aku terangkan pada Pak Ali tentang kehamilanku
ini,juga tentang terbongkarnya kisah kami itu.Saat itu aku tidak berani
menatapnya,iapun demikian.Lalu ia pun memandangiku dan dengan amat menyesal
menyakan bagaimana sikap suamiku.Aku menjawab seadanya, dan menyerahkan semuanya
pada keputusan suamiku nantinya. Tidak lama kemudian suamiku pulang dan langsung
masuk kerumah.Ia langsung masuk kamar dan mandi.Beberapa saat kemudian kamipun
makan malam bertiga dengan suasana yang amat kaku.Sehabis makan dan beristirahat
sejenak.Suamiku mengajak Pak Ali ke halaman belakang untuk berbicara
dengannya.Aku tidak diajak untuk ikut dalam pembicaraannya itu.Sempat aku lihat
mereka berdua bertengkar dan saling berargumen. Namun yang aku takutkan
terjadinya tindak kekerasan diantara mereka.Syukurlah akhirnya semua
kekuatiranku tidak terjadi. Mereka berdua lalu berjalan kearahku dan suamiku
berjalan kedalam kamar.Suamiku sempat bilang,agar aku mengantar pak Ali pulang
kerumah orangtuaku.Dengan sedikit berdandan ala kadarnya akupun mengantar pak
Ali dengan mobilku kerumah orangtuaku.
Selama di perjalanan aku bertanya pada pak Ali apa saja yang dia dan suamiku
bicarakan tadi.Dengan gamblang Pak Ali menerangkan semua yang dibilang
suamiku.Ia berkata bahwa, memang suamiku amat kecewa pada kami berdua,namun ia
juga mengakui bahwa ia tidak mampu memberikan aku nafkah bathin.Pak Alipun
diberi tahu bahwa aku sudah mengandung anaknya.Sempat Pak Ali merasa gembira
sebab diusianya yang sudah tua itu masih mampu membuahi seorang wanita,dan iapun
juga kuatir kejadian ini akan diketahui oleh orangtuaku dan juga istri juga anak
menantunya.Ia amat takut akan membuat berantakan semua yang telah terjalin
selama ini.Namun sesuai kesepakatan dengan suamiku, Pak Ali tidak boleh
mengambil anak itu kelak jika sudah dewasa,biarlah anak ini menjadi anakku dan
suamiku. Selain itu suamiku memberi kebebasan pada Pak Ali untuk menggauliku
kapan aku inginkan.Suamiku berjanji tidak akan memarahinya dan akan memberikan
waktu pada kami berdua untuk berdua duaan asal jangan diketahui orang lain
selain kami bertiga. Suamikupun rela jika aku disetubuhi Pak Ali,asal Pak Ali
bisa menjaga rahasia suamiku itu.Mendengar penuturan Pak Ali tentang kesepakatan
suamiku dan Pak Ali malam itu aku sedikit lega juga sedih.Aku lega karena
suamiku tidak akan menceraikan aku sehingga kedua orangtuaku dan keluarga besar
kami tidak mengetahuinya.Aku sedih,karena aku tahu suamiku akan berkorban
perasaan padaku,karena akan memberi kesempatan kepada kami berdua untuk
selanjutnya melakukan hubungan terlarang ini.
Tidak jauh menjelang masuk kekediaman orangtuaku, Pak Ali,meraih tanganku dan
bilang agar aku bias menerima keputusan itu.Pak Ali juga sempat mengecup bibirku
beberapa saat menjelang ia turun mobil.Syukurlah kaca mobilku bewarna gelap,
sehingga tidak kelihatan apa yang terjadi didalam mobilku ini.Aku lalu pulang
kerumah dan sambil mengarahkan stir ke jalan lain.Pak Ali sengaja tidak aku
antar ke pekarangan rumah karena , aku kuatir nantinya akan di suruh ibu dan
juga istri Pak Ali untuk singgah.Aku hanya titip salam saja padanya, lewat Pak
Ali. Selama dalam perjalanan aku merenungkan kata kata Pak Ali tadi.Aku amat
bersalah pada suamiku,dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan
hati suamiku. Terus terang saja aku memang amat masih mencintainya dengan
seluruh hatiku,namun aku tidak dapat menghindar dari tuntutan kebutuhan batiniah
yang tidak aku dapatkan dari suamiku itu.Aku merasa amat membutuhkan pemberian
nafkah batin dari Pak Ali itu.Meskipun aku sadar, ia tidaklah sebanding denganku
baik usia,latar belakang juga wajahnya yang kalau jujur aku akui dibawah
rata-rata.Aku tidak mencintainya apapun alasannya.Cintaku telah aku serahkan
pada suamiku.Semua ini hanyalah wujud keinginan bathin yang sering menderaku.
Beberapa hari kemudian kehidupan aku dan suami berjalan seperti sedia kala. Dia
mulai bisa menerima aku apa adanya, malah ia minta agar aku menjaga kesehatan
janin yang aku kandung ini.Kehidupan seksualnya pun sering aku bantu untuk
memberinya kepuasan meski tidak melalui coitus.Dan suatu malam sehabis kami
melakukan itu. Suamiku bertanya padaku,apa aku ingin agar Pak Ali memberiku
nafkah bathin.Aku menggelengkan kepala,sebab aku takut akan melukainya.Suamiku
minta aku agar jangan kuatir lagi,ia hanya minta agar aku tetap mencintainya.Ia
secara terang-terangan bilang padaku, jika aku akan bersama Pak Ali ia akan
nginap di luar atau di hotel.Aku tak sadar jika suatu hari suamiku membawa Pak
Ali ke rumah.Aku sempat kaget melihatnya.Lalu suamiku beralasan ada urusan
keluar rumah, dan paling besok pagi ia pulang katanya.Aku tidak bisa menolak
permintaan tulus suamiku itu yang akan memberiku kesempatan berdua Pak Ali.Tidak
lama lalu suamiku pergi dengan mobilnya dan tinggallah aku dan Pak Ali
dirumah.Ia sempat berpesan padaku agar menjaga janin yang aku kandung agar jgn
sampai terganggu oleh aktifitas seks nantinya.Aku semakin terenyuh melihat
perhatian suamiku yang amat dalam padaku.
Memang tidak ada lagi yang harus aku sembunyikan dari Pak Ali. Malam itu,
sehabis mandi aku langsung kekamar dan mengenakan kimono tidur.Pak Ali masih di
ruang tengah sambil menonton televisi.Kini sudah tidak ada lagi yang harus kami
takutkan.Suamiku telah memberi lampu hijau padaku.Setelah berpakaian
sepatutnya,aku belum berani keluar kamar.Ada rasa jengah dan malu saat
itu.Beberapa saat kemudian,aku mendengar Pak Ali mengunci pintu depan dan
mengetuk pintu kamarku.Aku lalu membukanya dari dalam,dan menyilahkan ia
masuk.Aku berpikir saat itu,aku seperti penganten yang akan melaksanakan malam
pertama.Masih aku lihat wajah Pak Ali yang sedikit tegang saat itu.Aku juga
merasa sedikit tegang dan agak gugup sebab ini adalah saat pertama kali kami
akan berhubungan dengan izin suamiku. Kemudian aku pun duduk di pinggir
ranjangku. Pak Ali berusaha menutupkan pintu dan menguncinya. Ia berjalan
kearahku dan duduk disampingku.Tanganku diraihnya dan diciuminya.Tampak keringat
dingin muncul di kerutan keningnya yang mulai keriput itu.Sesaat kemudian ia
raih daguku dan di ciuminya bibirku beberapa saat. Aku menerima semua itu, meski
ada bau nafasnya yang beraroma rokok .Namun aku berusaha mendiamkannya.Aku
menerima kuluman bibirnya di mulutku beberapa saat. Tanpa disuruh lagi tangannya
mulai melakukan usaha melepaskan kancing kimono tidurku.Mulai dari atasannya
yang terlepas hingga bra ku yang berwarna krem mulai meninggalkan tubuhku.Aku
hanya merasa jengah dengan pandangan mesra Pak Ali pada titik sensitifku ini.Aku
lalu berusaha menutupinya dengan kedua tanganku sambil menyilangkan kedua
lenganku.Meskipun aku dan Pak Ali sudah berkali kali melakukan hubungan badan
namun saat aku melakukan dengan izin suamiku ini membuatku serasa malu sekali.
Masih dalam keadaan bertelanjang dada aku hanya mampu menundukkan mukaku tidak
berani memandang mata Pak Ali yang saat itu sedang memilin dan mengelus kedua
bukit payudaraku.Rasa geli,nikmat dan sedikit hangat membuatku semakin tak
tahan.Tanganku lalu meraih kepalanya yang sudah memutih itu.Aku menekan
kepalanya agar mencekoki payudaraku seakan jangan lepas.Sambil melepaskan
kepalanya dari belahan payudaraku Pak Ali lalu menuju kearah bibirku.Dengan
sedikit ragu aku terima kuluman bibirnya yang kasar itu.Aku memicingkan mataku
disaat kedua mulut kami bertaut.Dengan hati hati aku lalu direbahkan Pak Ali di
ranjang.Aku menurut saja saat direbahkannya di bantal yang berada dibawah
kepalaku.Ia lalu berjalan menjauh dan mematikan lampu yang menerangi kamarku dan
menghidupkan lampu tidur yang berada di samping ranjangku.Kini redupnya cahaya
lampu telah menimbulkan suasana romantis diantara kami.Kemudian Pak Ali
melepaskan bajunya juga celana panjang yang melekat di tubuhnya. Dengan hati
yang berdebar aku menunggunya melepaskan penutup terakhir yang berada di bawah
perutnya itu. Tampak olehku kemaluannya menggantung loyo namun panjangnya
melebihi milik suamiku.Aku baru kali ini sempat memperhatikannya disaat loyo,
sebab selama ini aku tahunya hanya pada saat ia akan memasuki tubuhku.Padahal
semua itu telah berulang ulang kami lakukan. Kemudian Pak Ali menaiki ranjang
yang aku tempati ini.Ia pun membelai rambutku,bahuku, dan lalu buah dadaku yang
terbuka.Mukanya lalu merunduk dan menjilati lingkaran payudaraku dan sesekali
mengigitnya dengan lembut.Aku tersedak merasakan dibakar birahi yang mulai
naik.Kemudian ia berusaha melepas celana tidurku.Tanpa kesulitan karena kubantu
melepasnya,celana itu pun jatuh ke bawah lantai kamarku. Kini aku hanya tertutup
celana dalam putih saja.tanpa menunggu lama iapun melepaskan penutup terakhir di
daerah sensitifku itu.Kini aku sudah tidak mengenakan apa apa lagi kecuali,
seuntai kalung mas putih dan gelang rantai juga cincin perkawinan yang masih
melekat di tubuhku.
Aku meraih selimut yang ada di ranjangku untuk menutupi ketelanjanganku.Kini
tubuhku telah tertutup selimut dan lalu Pak Alipun masuk kedalam selimut itu.Ia
lalu meraba bawah perutku dan memasukan jari tangannya kedalam liang
kelaminku.Aku kegeliandan mencoba menahan geraklaju jarinya itu,namun usaha
tanganku itu di tangkap tangan Pak Ali.Aku semakin kegelian dan mendesah.Aku
tidak bisa berbuat apapun, tahu-tahu ia menjilati permukaan kulit leherku, lalu
turun ke buah dadaku dan diam beberapa saat.Dengus nafasku semakin berat dengan
beban nafsu yang semakin menjadi jadi, ditambah rasa geli disetiap permukaan
pori-pori tubuhku.Bibirnya terus turun dan sampai di perutku hingga pangkal
pahaku.Beberapa saat lidahnya masuk kecelah sempit di liang kemaluan aku.Aku
semakin menghentak dan merapatkan pahaku,namun tak bias karena terganjal kepala
Pak Ali.Aku semakin tak tau apa yang akan aku lakukan, gairah birahiku semakin
menggila hingga sampailah aku orgasme.Aku menarik kain sprey tempat tidurku dan
menariknya.Kepalaku aku tengadahkan keatas seakan tidak ingin orgasme ini
berhenti.Lalu tubuhku melemah dan semua pori pori kulitku mengeluarkan keringat
yang cukup banyak hingga kulitku yang putih seakan mengkilap.Pak Ali menelan
semua sisa sisa air cintaku yang merembes di liang kemaluanku tanpa jijik
sedikitpun.Sedangkan selimut yang menutupi tubuh telanjang kami telah terjatuh
kelantai.Aku hanya bisa menutupkan kelopak mataku dan beberapa saat hanya
nafasku yang berat meresapi saat saat kepuasan yang sempurna yang aku dapatkan
dari Pak Ali untuk kesekian kalinya. Pak Ali lalu turun dari ranjang, dan duduk
di kursi yang berada didepan kaca hiasku.Sambil melihat kerahku ia bertanya
padaku apakah aku merasa puas malam itu.Aku hanya mengangguk saja dan hanya
menutupkan bantal di selakanganku.Pak Ali lalu berdiri dan duduk di samping
ranjangku.Ia membelai belay rambutku yang sudah kusut dan dengan tangannya ia
hapus keringat yang berada di dahi dan pipiku.Setelah itu, ia bangkit dan naik
lagi keatas ranjang.
Dengan bersuara setengah berbisik ia bertanya padaku apakah aku bersedia untuk
bersebadan dengannya malam itu.Dan dengan bisikan pula aku bilang aku siap namun
kuminta agar ia jangan terlalu bernafsu karena kasian janin dalam rahimku akan
terganggu pintaku.Dan tanpa aku minta lagi Pak Ali mulai membelai-belai dadaku
ingin memancing gairahku lagi. Tak lama kemudian, akupun sudah merasa siap untuk
melakukan persetubuhan dengannya.Aku sadar ia sudah naik juga birahinya terlihat
dari tegaknya dengan jantan kemaluannya siap masuk kedalam rahimku. Perlahan ia
sibakkan kedua pahaku agar terbuka, lalu memposisikan kemaluannya sejajar dengan
liangku. Dengan perlahan dan pasti,tiang kokoh milik Pak Ali mulai memasuki
gerbang kenikmatanku. Gerakan menusuk dan menarik ia lakukan perlahan lahan
hingga birahiku semakin naik. Gerakannya lambat namun amat terasa pergeseran
alat kelamin kami.Agak lama memang dan tiba-tiba aku seakan merasa ada yang
membuatku histeris dan menarik kepala Pak Ali di sela-sela dadaku.Aku juga
melingkarkan kedua kakiku di pinggulnya.Dan tibalah saat aku orgasme untuk yang
kedua kalinya malam itu.Pak Ali masih belum mencapai klimaks,ia terus saja
menghujamkan kemaluannya kedalam liang kelaminku.Tidak lama kemudian barulah ia
menumpahkan spermanya didalam rahimku.gerakannya semakin cepat dan rasa hangat
spermanya seakan menambah penuh liang kemaluanku.Tidak mulai melambat dan
berhenti diatas tubuhku.Pelukannya semakin melemah dan mengelosor
kesampingku.beberapa saat kemudian Pak Alipun tertidur dan tangannya masih
berada diatas dadaku.Malam ini adalah malam pertama kami berhubungan badan
seizing suamiku.Dan disaat subuhpun Pak Ali terbangun dan kembali menggauliku
dan selanjutnya ia minta izin tidur di kamar lain di rumahku ini.
Semenjak adanya izin dari suamiku untuk selalu bersama Pak Ali, aku semakin
salut akan pengorbanan suamiku.Aku sangat mencintainya,namun kini rasa cintaku
tetap utuh pada suamiku. Akupun sering membantunya untuk klimaks dengan tangan
kadang dengan mulutku.Dan di hari-hari yang ditentukan Pak Ali selalu dibawa
suamiku ke rumah. Ia berharap aku untuk dapat melakukannya hanya dengan Pak Ali
sebab ia sudah tahu seluk-beluk dan asal-usul Pak Ali.Akupun diultimatum oleh
suamiku untuk tidak berpaling dari dia dan Pak Ali. Dan selama aku hamil ini aku
tetap melakukan hubungan badan dengannya hingga kehamilan memasuki bulan kelima.
Saat itu barulah aku dilarang oleh suamiku, ia kuatir akan kandunganku akan
terganggu. Kini anak itu telah lahir, seorang bocah laki-laki yang lucu, ia
mewarisi mata dan mulutku, namun bentuk wajahnya mirip dengan ayah biologisnya,
Pak Ali. Walau demikian Bang Ardi tetap menyayangi anak itu, terlebih orangtua
kami.
“Aduh ini anak lucunya, tapi kok…gak ada yang mirip kamu Di!” demikian kata ibu
mertuaku ketika pertama kali bertemu anak itu.
Kata-kata ibu mertuaku itu tentu hanya bercanda, tapi Bang Ardi sempat termenung
sejenak lalu menjawab, “Hahaha…ibu ini bisa saja, nanti liat deh kalau sudah
besar pasti yang ikut saya itu sifatnya!” aku dapat melihat senyum terpaksa di
tengah kelakarnya sehingga kugenggam erat telapak tangannya. Hubungan gelapku
dengan Pak Ali tetap berlanjut, namun ia hanyalah sebagai mesin untuk memenuhi
kebutuhan biologisku yang direstui Bang Ardi, selebihnya aku tetap mencintai
suamiku.
disadur oleh mr.suprastyo@gmail.com, 19.51, 2011